Suara.com - Bulan Ramadan, bulan yang sarat dengan limpahan berkah dan ampunan, menjadi medan ibadah yang penuh keistimewaan. Di antara beragam amalan sunnah yang sangat dianjurkan, i'tikaf menempati posisi istimewa, terutama di sepuluh malam terakhir Ramadan.
I'tikaf, secara esensial, adalah praktik berdiam diri di dalam masjid dengan niat tulus untuk beribadah semata-mata kepada Allah SWT.
Dalam kesunyian masjid, seorang hamba berusaha melepaskan diri dari hiruk-pikuk kesibukan duniawi yang fana, memfokuskan hati dan pikiran untuk mendekatkan diri sedekat mungkin kepada Sang Pencipta.
I'tikaf bukan sekadar ritual, melainkan perjalanan spiritual yang mendalam, sebuah upaya untuk meraih kedekatan hakiki dengan Allah di malam-malam yang penuh kemuliaan.

Keutamaan I'tikaf di Akhir Ramadan
I'tikaf di sepuluh hari terakhir Ramadan memiliki keutamaan yang sangat besar, terutama karena pada waktu inilah malam Lailatul Qadar, malam yang lebih baik dari seribu bulan, diperkirakan akan datang.
Dengan beritikaf, seorang Muslim memiliki kesempatan yang lebih besar untuk mendapatkan keutamaan malam tersebut.
Rasulullah SAW sendiri selalu melakukan i'tikaf di sepuluh hari terakhir Ramadan, sebagaimana diriwayatkan oleh Aisyah RA:
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا :أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الْأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ، ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ
Baca Juga: Cara Bayar Zakat Fitrah Ramadan 2025, Lengkap dengan Niat, Doa dan Waktu Terbaik Membayarnya
Artinya: "Dari Aisyah RA, sesungguhnya Nabi SAW melakukan i'tikaf di sepuluh hari terakhir bulan Ramadan sampai Allah SWT mewafatkan beliau, kemudian istri-istri beliau melakukan itikaf setelah beliau wafat." (HR Bukhari dan Muslim)