Suara.com - Idul Fitri memiliki akar yang kuat dalam sejarah Islam dan makna yang mendalam, terutama pada zaman Nabi Muhammad SAW.
Lantas seperti apa sejarah dan makna Hari Raya Idul Fitri pada zaman nabi? Berikut ulasannya.
Sejarah Idul Fitri Zaman Nabi Muhammad SAW
Idul Fitri pertama kali dirayakan pada tahun ke-2 Hijriyah, bertepatan dengan kemenangan umat Islam dalam Perang Badar.
Perayaan ini menggantikan tradisi masyarakat Madinah yang sebelumnya merayakan Nairuz dan Mahrajan dengan pesta pora.
Hal ini berdasarkan sabda beliau: "Allah telah mengganti dua hari (Nairuz dan Mahrajan) dengan hari yang lebih baik: Idul Fitri dan Idul Adha"(HR. Abu Dawud dan An-Nasa'i).
2. Kemenangan Ganda
Perayaan pertama Idul Fitri terjadi setelah kemenangan ganda, yaitu:
- Kemenangan spiritual setelah berpuasa Ramadaan sebulan penuh.
- Kemenangan fisik dalam Perang Badar, yang menjadi tonggak kejayaan Islam awal.
Perang Badar adalah salah satu pertempuran paling penting dalam sejarah Islam, terjadi pada 17 Ramadan tahun kedua Hijriah (3 Maret 624 M).
Pertempuran ini melibatkan pasukan Muslim yang dipimpin oleh Nabi Muhammad SAW melawan pasukan Quraisy dari Makkah yang dipimpin oleh Abu Jahal.
Pertempuran dimulai dengan duel antara pemimpin kedua pasukan. Setelah itu, kedua belah pihak mulai melepaskan anak panah.
Meskipun jumlah pasukan Muslim lebih kecil, mereka menunjukkan semangat juang yang tinggi dan strategi yang cerdas.
![Ilustrasi - Idul Fitri Zaman Nabi Muhammad SAW. [Pixabay]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/03/13/49772-idul-fitri-zaman-nabi-muhammad.jpg)
Nabi Muhammad memimpin langsung serangan dan mendorong pasukannya untuk bertahan di dekat sumber air, memberikan keuntungan strategis.
Kemenangan Umat Islam
Hasil dari pertempuran ini adalah kemenangan bagi umat Islam, meskipun mereka kalah dalam jumlah.
Kemenangan ini menjadi tonggak penting bagi eksistensi Islam di Jazirah Arab dan menunjukkan bahwa dengan bantuan Allah SWT, umat Islam dapat mengatasi tantangan besar.
Perang Badar juga dikenal sebagai "Yaum Al-Furqan" atau hari pembeda antara yang haq dan yang batil, menandai awal kebangkitan kekuatan Islam di Madinah dan sekitarnya.
Makna Idul Fitri Zaman Nabi Muhammad SAW
- Kemenangan Spiritual
Idul Fitri merupakan perayaan kemenangan spiritual bagi umat Muslim yang telah menahan diri dari hawa nafsu dan godaan selama bulan Ramadan.
- Wujud Syukur
Idul Fitri merupakan wujud syukur kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia yang diberikan selama bulan Ramadan.
Umat Muslim bersyukur atas kesempatan yang diberikan untuk beribadah, bertaubat, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
- Momentum Pembersihan Diri
Zakat fitrah yang wajib dikeluarkan sebelum Idul Fitri berfungsi sebagai sarana pembersihan diri dari kesalahan dan dosa yang mungkin dilakukan selama Ramadan.
Selain itu, saling memaafkan antar sesama juga menjadi bagian penting dari perayaan Idul Fitri.
- Simbol Persaudaraan
Idul Fitri menjadi momentum untuk mempererat tali silaturahmi dan persaudaraan antar sesama Muslim.
Saling mengunjungi, berbagi makanan, dan mengucapkan selamat Idul Fitri memperkuat rasa kebersamaan dan solidaritas umat.
- Pengingat untuk Istiqomah
Idul Fitri bukan berarti berakhirnya ibadah dan amalan baik yang telah dilakukan selama Ramadhan.
Sebaliknya, Idul Fitri menjadi pengingat untuk terus istiqomah (konsisten) dalam beribadah dan beramal shaleh setelah Ramadhan.
- Kepedulian Sosial
Zakat fitrah dan tradisi berbagi makanan pada saat Idul Fitri menumbuhkan rasa kepedulian sosial terhadap sesama, terutama bagi mereka yang kurang mampu.
Hal ini sejalan dengan ajaran Islam yang menekankan pentingnya membantu orang yang membutuhkan.
Kesimpulan
Idul Fitri pada zaman Nabi Muhammad SAW bukan hanya sekadar perayaan biasa, tetapi memiliki makna yang mendalam dan tujuan yang mulia.
Dengan memahami sejarah dan makna Idul Fitri pada zaman Nabi, kita dapat merayakan Idul Fitri dengan lebih bermakna dan sesuai dengan tuntunan Islam.