Kenapa Penentuan Awal Ramadan dan Idul Fitri di Indonesia Berbeda dengan Arab Saudi? Ini Penjelasan BRIN

Riki Chandra Suara.Com
Selasa, 25 Februari 2025 | 15:33 WIB
Kenapa Penentuan Awal Ramadan dan Idul Fitri di Indonesia Berbeda dengan Arab Saudi? Ini Penjelasan BRIN
Petugas melakukan pemantauan hilal 1 Syawal 1445 H di Kanwil Kementerian Agama, Jakarta, Selasa (9/4/2024). [Suara.com/Alfian Winanto]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Profesor Riset Astronomi dan Astrofisika dari Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Thomas Djamaluddin, mengungkap alasan perbedaan penentuan waktu awal Ramadan dan Idul Fitri antara Indonesia dan Arab Saudi.

Thomas menjelaskan, perbedaan awal Ramadan ini bukan semata karena perbedaan kriteria, melainkan keputusan yang diambil masing-masing pemerintah. Arab Saudi dan Indonesia memiliki metode yang berbeda dalam menentukan awal bulan Hijriah.

"Prinsipnya, semakin ke barat, negara-negara tersebut lebih mudah melihat posisi bulan yang lebih tinggi dan jaraknya lebih jauh dari matahari," ujar Thomas di kanal YouTube resmi BRIN, dikutip Selasa (25/2/2025).

Secara teori, kata Thomas, wilayah yang lebih barat memiliki potensi lebih besar dalam melihat hilal dibandingkan dengan wilayah timur. Hal ini menjelaskan mengapa hilal kerap lebih dulu terlihat di Arab Saudi dibandingkan di Indonesia.

Baca Juga: Haji Tanpa Batas Usia? Indonesia Ajukan Istitha'ah Kesehatan ke Arab Saudi

Selain penentuan Idul Fitri, perbedaan ini juga terjadi dalam pelaksanaan puasa Arafah. Thomas menjelaskan bahwa awal Zulhijah di Arab Saudi bisa lebih cepat dibandingkan di Indonesia.

Akibatnya, tanggal 9 Zulhijah yang menjadi hari puasa Arafah di Arab Saudi bisa berbeda dengan di Indonesia.

Thomas juga menyebut bahwa perbedaan ini disebabkan oleh keputusan pemerintah setempat. Arab Saudi lebih mengandalkan metode rukyat tanpa harus menunggu hasil hisab, sementara Indonesia mempertimbangkan keduanya.

Dengan perkembangan metode dan teknologi saat ini, Thomas berharap penentuan awal bulan Hijriah bisa semakin akurat dan diterima oleh berbagai pihak.

Menurutnya, baik hisab maupun rukyat memiliki tujuan yang sama, yaitu memastikan ketepatan dalam menjalankan ibadah sesuai syariat Islam. (antara)

Baca Juga: Menag Nasaruddin Umar Usul Penambahan Petugas Haji Indonesia Jadi 4.000 Orang

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI