نَوَيْتُ صَوْمَ الشَّهْرِ الشَّعْبَانِ سُنَّةَ لِلَّهِ تَعَالَى
Latin: Nawaitu shauma-sy-syahri-sy-Syabani sunnata-lillâhi ta'ala.
Artinya: "Saya berniat puasa pada bulan Syaban sunnah karena Allah Ta'ala."
Niat Qadha Puasa Ramadan
Selain puasa sunnah, umat Islam yang memiliki hutang puasa Ramadan wajib menggantinya di luar bulan Ramadan, yang dikenal dengan puasa qadha Ramadan.
Dalam buku Seri Fiqih Kehidupan karya Ahmad Sarwat, dijelaskan bahwa puasa qadha Ramadan merupakan bentuk tanggung jawab atas puasa yang tertinggal. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Al-Qur'an surah Al-Baqarah ayat 185:
وَمَنْ كَانَ مَرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ...
Latin: wa man kāna marīḍan au 'alā safarin fa 'iddatum min ayyāmin ukhar(a).
Artinya: "Siapa yang sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya) sebanyak hari (yang ditinggalkannya) pada hari-hari yang lain."
Dalam buku Tata Cara dan Tuntunan Segala Jenis Puasa karya Nur Solikhin, disebutkan bahwa niat puasa qadha Ramadhan tidak jauh berbeda dengan niat puasa Ramadhan, dan bisa diucapkan sejak Maghrib hingga sebelum Subuh.