Peristiwa penting lainnya adalah penyerahan rekapitulasi amal secara penuh kepada Allah. Berdasarkan hadits riwayat An-Nasa’i, Rasulullah saw memperbanyak puasa di bulan Sya'ban, karena beliau ingin amalnya diserahkan kepada Allah dalam keadaan berpuasa. Selain di bulan Sya'ban, ada beberapa waktu lain di mana catatan amal diserahkan, termasuk setiap siang, malam, serta pekanan.
Menurut Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki, catatan amal juga diserahkan langsung setelah shalat lima waktu, menjadikan momen ini sebagai bagian penting dalam kehidupan spiritual umat Islam.
3. Penurunan Ayat tentang Anjuran Shalawat untuk Nabi
Peristiwa ketiga yang terjadi pada bulan Sya'ban adalah turunnya ayat yang menganjurkan umat Islam untuk bershalawat kepada Nabi Muhammad. Ayat tersebut terdapat dalam Surat Al-Ahzab ayat 56:
"Sungguh Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, shalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya."
Ibnu Abi Shaibah Al-Yamani menyebut bulan Sya'ban sebagai bulan shalawat, karena ayat ini turun pada bulan Sya'ban tahun ke-2 Hijriah. Pendapat ini juga didukung oleh Imam Syihabuddin Al-Qasthalani dalam kitab Al-Mawahib dan Ibnu Hajar Al-Asqalani.