Ada perbedaan pandangan dalam menanggapi malam Nisfu Syaban. Sebagian menerima, dan sebagian lain mengingkarinya. Mereka yang memgingkari adalah mayoritas ulama Hijaz, termasuk dari mereka Atha' dan Ibnu Abi Malikah. Abdurrahman bin Zaid bin Aslam dari kalangan fuqaha' Madinah menukil pendapat bahwa perayanan malam Nisfu Sya'ban seluruhnya adalah bid'ah. Ini juga merupakan pendapat Ashab Maliki dan ulama selainnya."
Dari penjelasan tersebut diketahui awal mula yang memulai adanya peringatan malam Nisfu Sya'ban adalah segolongan ulama Tabi'in daerah Syam.
Dalam arti, peringatan malam Nisfu Sya'ban belum ada pada zaman Rasulullah dan Sahabat, baru ada pada zaman Tabi'in.
Peringatan malam Nisfu Sya'ban yang kini diamalkan itu dasarnya adalah mengikuti perbuatan segolongan ulama Tabi'in negeri Syam atau kini dikenal dengan negara Suriah, seperti yang dilansir dari laman NU Online.
Keutamaan malam ini juga disebutkan dalam beberapa hadis Nabi Muhammad SAW.
Salah satu hadis menyebutkan bahwa pada malam Nisfu Syaban, Allah SWT melihat kepada hamba-hamba-Nya dan memberikan ampunan kepada mereka yang memohon ampunan, memberikan rahmat kepada mereka yang memohon rahmat, dan menangguhkan (azab) orang-orang yang dengki sebagaimana keadaan mereka. (HR. Ibnu Majah)
Hadis lain menyebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Apabila tiba malam Nisfu Syaban, maka Allah SWT berfirman, 'Adakah orang yang memohon ampunan, maka Aku akan mengampuninya? Adakah orang yang meminta rezeki, maka Aku akan memberinya rezeki? Adakah orang yang mendapat 1 musibah, maka Aku akan menghindarkannya?' Demikianlah (seruan ini) berlanjut hingga terbit fajar." (HR. Baihaqi).
Baca Juga: Kapan Puasa Sya'ban 2025? Ini Jadwalnya, Lengkap dengan Niat dan Keutamaannya!