Isra Miraj Nabi Muhammad ke Sidratul Muntaha, Perjalanan Ruh atau Raga?

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Rabu, 22 Januari 2025 | 09:50 WIB
Isra Miraj Nabi Muhammad ke Sidratul Muntaha, Perjalanan Ruh atau Raga?
Isra Miraj Nabi Itu Ruh atau Raga (freepik)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Salah satu kisah menarik yang kerap menjadi bahan pembahasan dalam peristiwa Isra Miraj adalah tentang bagaimana Nabi Muhammad SAW menjalani perjalanan tersebut—apakah hanya dengan ruh saja atau melibatkan tubuh secara utuh.

Pertanyaan ini telah menjadi topik diskusi mendalam di kalangan para ulama, yang memberikan berbagai penjelasan berdasarkan dalil dan pandangan mereka. Hal ini membuat cerita Isra Miraj semakin memikat, karena tak hanya berbicara tentang keajaiban perjalanan suci itu, tetapi juga membuka ruang untuk memahami keagungan mukjizat yang melampaui batas logika manusia.

 
Mengutip laman NU Online, Rabu (22/1/2025) Nabi Muhammad menjalankan perintah Allah untuk melaksanakan Isra Miraj, perjalanan dari Masjidil Haram di Mekkah menuju Masjidil Aqsa di Palestina lalu diangkat melalui Sidratul Muntaha menjumpai Allah Swt. Bagaimana perjalanan itu bisa dilaksanakan?

Isra Miraj sendiri terdiri atas dua peristiwa besar. Isra merupakan perjalanan yang dilaksanakan Nabi Muhammad untuk menuju Masjidil Aqsa di Palestina dari Marjidil Haram di Makkah. Kemudian Miraj adalah peristiwa perjalanan Nabi Muhammad melalui Sidratul Muntaha menuju lapisan-lapisan langit, dari langit lapis pertama hingga ketujuh sampai batas yang tak dapat dijangkau oleh Malaikat dan pengetahuan manusia. Dalam perjalanan tersebut, Nabi Muhammad berjumpa dengan nabi dan rasul pendahulu.

Baca Juga: Kapan Waktu Sholat Sunnah Isra Miraj yang Dianjurkan?

Kisah perjalanan itu tercantum alam Al Quran, surat Al-Isra, berbunyi sebagai berikut:

سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

“Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.” (QS Al-Isra’: 1).

Dari penjelasan ayat tersebut, para ulama menafsirkan apakah Isra Miraj nabi itu ruh saja atau dengan raga. Berbagai riwayat membahas hal ini dan memberikan pernyataan berbeda. Berdasarkan riwayat Sayyidah Aisyah, dalam peristiwa Isra Miraj, Rasulullah mengalami perjalanan hanya dalam ruh saja. Sementara raga atau fisiknya tidak ikut serta. Riwayat ini ditulis dalam Kitab Sirah oleh Imam Ibnu Ishaq, berbunyi sebagai berikut:

حَدّثَنِي بَعْضُ آلِ أَبِي بَكْرٍ: عَنْ عَائِشَةَ أَنَّهَا كَانَتْ تَقُولُ: مَا فُقِدَ جَسَدُ رَسُولِ اللّهِ صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ وَلَكِنّ اللّهَ أَسْرَى بِرُوحِهِ

Baca Juga: Siapa Sahabat Nabi yang Pertama Kali Percaya Isra Miraj?

“Telah bercerita kepadaku sebagian keluarga Abu Bakar, dari Aisyah ra bahwa sesungguhnya ia telah berkata: "Jasad Rasulullah saw tidak diberangkatkan, tetapi Allah swt hanya memperjalankan ruhnya.” (Ibnu Ishaq, Sirah Nabawiyah libn Ishaq, [Beirut, Darul Kutub Ilmiah: tt], juz I, halaman 274).

Ada pula riwayat lain yang menyebutkan peristiwa Isra Miraj terjadi hanya dalam mimpi tanpa melibatkan raga Rasulullah. Hal ini diungkapkan dalam Sirah Nabawiyah, berbunyi sebagai berikut:

قَالَ ابْنُ إسْحَاقَ: حَدّثَنِي يَعْقُوبُ بْنُ عُتْبَةَ بْنِ الْمُغِيرَةِ بْنِ الْأَخْنَسِ: أَنّ مُعَاوِيَةَ بْنَ أَبِي سُفْيَانَ، كَانَ إذَا سُئِلَ عَنْ مَسْرَى رَسُولِ اللّهِ صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ قَالَ كَانَتْ رُؤْيَا مِنْ اللّهِ تَعَالَى صَادِقَةً

“Ibnu Ishaq berkata: "Telah bercerita kepadaku Ya’qub bin Utbah bin Mughirah bin Akhnas, sesungguhnya ketika Mu’awiyah bin Abi Sufyan ditanya perihal Isra' Rasulullah saw, ia menjawab bahwa hal itu adalah mimpi dari Allah ta’ala yang benar.” (Ibnu Hisyam, Sirah Nabawiyah, [Beirut, Darul Fikr: tt], juz I, halaman 400).

Pendapat yang berdasarkan kesaksian Aisyah tersebut di atas tidak dapat dijadikan pedoman dengan alas an Ketika peristiwa Isra Miraj terjadi, Aisyah belum menjadi istri Nabi. Aisyah masih sangat kecil, sehingga perkataannya tidak bisa diterima.

Sedangkan mayoritas ulama Islam sepakat bahwa dalam peristiwa Isra Miraj, terjadi perjalanan yang melibatkan ruh dan juga raga Rasulullah saw. Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani mencatat pendapat tersebut dalam kitabnya, Darul Ma’rifah, bunyinya sebagai berikut:

وَقَدْ اِخْتَلَفَ السَّلَفُ بِحَسَبِ اخْتِلاَفِ الْاَخْبَارِ الْوَارِدَةِ فَمِنْهُمْ مَنْ ذَهَبَ إِلىَ اَنَّ الْإِسْرَاءَ وَالْمِعْرَاجَ وَقَعَا فِي لَيْلَةٍ وَاحِدَةٍ فِي الْيَقْظَةِ بِجَسَدِ النَّبِي وَرُوْحِهِ بَعْدَ الْمَبْعَثِ وَاِلىَ هَذَا ذَهَبَ الْجُمْهُوْرُ مِنْ عُلَمَاءِ الْمُحَدِّثِيْنَ وَالْفُقَهَاءِ وَالْمُتَكَلِّمِيْنَ وَتَوَارَدَتْ عَلَيْهِ ظَوَاهِرُ الْاَخْبَارِ الصَّحِيْحَةِ

“Para ulama salaf berbeda pendapat (perihal Isra' Mi’raj) tergantung riwayat yang sampai. Sebagian ada yang berpendapat bahwa Isra' dan Mi’raj Rasulullah terjadi pada satu malam di waktu sadar, dengan jasad dan ruhnya setelah diangkat menjadi nabi. Pendapat ini menurut mayoritas ulama ahli hadits, ahli fiqih dan ahli tauhid, serta telah datang hadits-hadits sahih (yang berkaitan dengannya).” (Ibnu Hajar, Fathul Bari Syarh Shahihil Bukhari, [Beirut, Darul Ma’rifah: 1379], juz VII, halaman 197).

Demikian itu ringkasan cerita Isra Miraj Nabi itu ruh atau raga. Semoga dapat menjawab rasa penasaran Anda.

Kontributor : Mutaya Saroh

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI