Muhammadiyah: Tidak Ada Ritual Khusus Isra Miraj, Waspada Terjebak dalam Pusaran Bidah!

Riki Chandra Suara.Com
Selasa, 21 Januari 2025 | 13:30 WIB
Muhammadiyah: Tidak Ada Ritual Khusus Isra Miraj, Waspada Terjebak dalam Pusaran Bidah!
Suasana Masjidil Aqsa atau Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur di tengah wabah corona, Jumat (20/3/2020). (Foto: AFP)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Umat Islam di dunia dan Indonesia selalu memperingati peristiwa penting Isra' Miraj yang jatuh setiap tanggal 27 Rajab. Peristiwa itu adalah perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram ke Masjid Al-Aqsa hingga ke Sidratul Muntaha bertemu Allah SWT.

Tradisi peringatan Isra' dan Miraj di berbagai tempat di Indonesia biasanya diisi dengan kajian, doa, dan berbagai kegiatan keagamaan yang dilakukan di masjid-masjid maupun di rumah-rumah.

Namun, Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah memberikan penekanan bahwa tidak ada ritual khusus yang harus dilakukan pada malam Isra' Miraj.

Peringatan Isra' Miraj lebih difokuskan pada upaya syiar Islam, bukan sebagai ibadah yang memiliki landasan langsung dalam Al-Qur’an maupun sunnah.

Menurut Majelis Tarjih, bid'ah perlu dipahami dengan saksama. Bid’ah didefinisikan sebagai amalan baru yang dianggap sebagai bagian dari ibadah, namun tidak memiliki dasar dalam ajaran Nabi Muhammad SAW.

Oleh sebab itu, segala bentuk ibadah murni kepada Allah SWT harus memiliki landasan yang jelas dalam Al-Qur’an atau sunnah.

Namun, peringatan Isra Miraj tidak termasuk dalam kategori tersebut. Dalam fatwa Majelis Tarjih, peringatan ini tidak dianggap sebagai ibadah langsung, tetapi lebih sebagai bentuk syiar untuk mengingatkan umat tentang pentingnya shalat.

Mengutip ulasan dari situs resmi Muhammadiyah, tradisi Isra' dan Miraj muncul setelah wafatnya Rasulullah SAW sebagai cara umat mengenang peristiwa turunnya perintah shalat lima waktu.

Selama tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam, kegiatan memperingati Isra Miraj dapat dilakukan dengan niat yang benar.

Majelis Tarjih Muhammadiyah menegaskan pentingnya menjaga agar peringatan ini tidak melampaui batas, seperti menambahkan unsur-unsur yang tidak diajarkan oleh Rasulullah SAW atau menganggapnya sebagai kewajiban agama.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI