Tasawuf Muhammadiyah: Bukan Zikir Bermalam-Malam, Tapi Aksi Nyata untuk Umat!

Riki Chandra Suara.Com
Selasa, 21 Januari 2025 | 12:00 WIB
Tasawuf Muhammadiyah: Bukan Zikir Bermalam-Malam, Tapi Aksi Nyata untuk Umat!
Ilustrasi dzikir. (Pexels)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Tasawuf Muhammadiyah memiliki perbedaan mendasar dengan praktik tasawuf pada umumnya. Hal itu dinyatakan oleh Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Agung Danarto.

Menurutnya, tasawuf Muhammadiyah tidak hanya berfokus pada kehidupan akhirat, tetapi juga pada penguasaan kehidupan dunia tanpa terjebak dalam pesonanya.

“Tasawuf Muhammadiyah itu bagaimana menguasai kehidupan dunia, tapi dirinya tidak kemudian terpesona oleh kehidupan dunia,” kata Agung, dikutip dari website resmi Muhammadiyah, Selasa (21/1/2025).

Tasawuf Muhammadiyah tidak mengutamakan ritual seperti bermalam-malam berzikir atau mengasingkan diri, tetapi lebih pada tindakan nyata yang bermanfaat bagi umat.

Salah satu bentuk nyatanya adalah melalui pendirian Amal Usaha Muhammadiyah (AUM), yang menjadi bagian dari dakwah organisasi tersebut.

Agung menegaskan bahwa tasawuf Muhammadiyah berada pada tingkat tinggi karena tidak hanya berorientasi pada pencapaian maqom spiritual tertentu. Bagi Muhammadiyah, manusia ideal adalah mereka yang paling bermanfaat bagi orang lain.

“Sebagaimana konsep manusia ideal bagi Muhammadiyah, sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat untuk orang lain,” jelasnya.

Dalam berbagai pengajian di Muhammadiyah, tokoh seperti Abdurrahman bin Auf dan Abu Bakar sering menjadi contoh sosok ideal.

Abdurrahman bin Auf dikenal sebagai sahabat yang kaya raya namun tetap mengabdi kepada Allah SWT, sementara Abu Bakar mencurahkan hidupnya untuk umat tanpa melupakan tanggung jawab duniawinya.

Tasawuf Muhammadiyah menekankan keseimbangan antara dunia dan akhirat, dengan tujuan akhir mencari keridaan Allah SWT. Hasil dari keberhasilan duniawi tidak digunakan untuk kepentingan pribadi semata, tetapi untuk dakwah dan kepentingan umat.

Agung berharap Muhammadiyah dapat menjadi prototipe muslim ideal yang taat beribadah, tidak lalai pada urusan dunia, serta mampu menggunakan perangkat dunia untuk mencapai tujuan akhirat.

“Laku seimbang antara dunia dan akhirat itulah yang menjadi ciri khas tasawuf Muhammadiyah, dengan orientasi utama pada keridaan Allah SWT,” tutup Agung.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI