Suara.com - Setiap umat Muslim yang meninggalkan puasa selama bulan Ramadhan karena alasan tertentu wajib mengganti atau mengqadha puasa yang ditinggalkan. Proses mengqadha puasa Ramadhan tidak hanya mencakup kewajiban mengganti, tetapi juga niat yang harus dibaca dengan benar. Berikut adalah niat puasa qadha Ramadhan.
Niat puasa qadha Ramadhan merupakan hal yang sangat penting karena menentukan sah atau tidaknya ibadah tersebut. Sebagai bentuk pengganti atas puasa yang terlewat, niat yang dilakukan harus sesuai dengan aturan syariat Islam. Berikut informasi selengkapnya.
Apa Itu Puasa Qadha Ramadhan?
Puasa qadha Ramadhan merupakan puasa yang dilaksanakan untuk mengganti puasa yang terlewat atau ditinggalkan dengan alasan tertentu selama bulan Ramadhan. Ada berbagai alasan mengapa seseorang tidak dapat berpuasa di bulan Ramadhan, seperti sakit atau perjalanan jauh.
Baca Juga: Puasa Rajab Amalan Bid'ah? Ini Hukumnya Menurut Buya Yahya
Namun, kewajiban untuk mengganti puasa tetap berlaku. Sebagaimana yang tercantum dalam Al-Qur’an, tepatnya dalam Surah Al-Baqarah ayat 185, yang berbunyi sebagai berikut:
"Karena itu, siapa pun di antara kalian yang hadir (di tempat tinggalnya atau bukan musafir) pada bulan tersebut, hendaklah berpuasa. Namun, jika seseorang sakit atau sedang dalam perjalanan (dan tidak berpuasa), maka dia wajib menggantinya sebanyak hari yang ditinggalkan pada hari-hari lain. Allah menginginkan kemudahan untukmu dan tidak menginginkan kesulitan."
Niat Puasa Qadha Ramadhan
Salah satu hal yang harus diperhatikan saat melaksanakan qadha puasa Ramadhan adalah niat. Niat puasa qadha harus dibaca dengan benar, karena niat merupakan syarat sahnya puasa.
Niat untuk mengqadha puasa Ramadhan harus dilakukan pada malam hari sebelum pelaksanaan puasa, dan bisa dilaksanakan kapan saja mulai dari bulan Syawal hingga bulan Sya'ban tahun berikutnya, kecuali pada hari-hari yang diharamkan untuk berpuasa seperti Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha.
Baca Juga: Waktu Terbaik Puasa Rajab 2025: Jadwal, Niat, dan Keutamaannya
Adapun niat untuk mengqadha puasa Ramadhan adalah sebagai berikut:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ قَضَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ لِلهِ تَعَالَى
Latin: Nawaitu shauma ghadin ‘an qadhā'i fardhi syahri Ramadhāna lillahi ta'ālā.
Artinya: "Aku berniat untuk mengqadha puasa bulan Ramadhan esok hari karena Allah SWT."
Ketentuan Mengenai Puasa Qadha Ramadhan
1. Wajib Mengganti Sesuai Jumlah Puasa yang Ditinggalkan
Setiap muslim yang meninggalkan puasa Ramadhan, baik karena sakit, bepergian, atau alasan lainnya, wajib menggantinya di luar bulan Ramadhan. Misalnya, jika seseorang meninggalkan 5 hari puasa karena sakit, maka ia wajib mengqadha 5 hari tersebut.
2. Boleh Dilakukan Secara Berurutan atau Terpisah
Sebagian ulama berpendapat bahwa puasa qadha sebaiknya dilakukan secara berurutan jika puasa yang ditinggalkan juga dilakukan berturut-turut. Namun, ada pendapat lain yang menyatakan bahwa puasa qadha boleh dilakukan terpisah sesuai dengan keinginan seseorang.
3. Waktu yang Diperbolehkan
Waktu untuk mengqadha puasa Ramadhan dimulai dari hari raya Idul Fitri, setelah bulan Ramadhan, hingga bulan Sya'ban tahun berikutnya. Namun, ada pengecualian seperti hari tasyrik (11-13 Dzulhijjah) dan hari-hari yang diharamkan untuk berpuasa, seperti Hari Raya Idul Fitri (1 Syawal) dan Hari Raya Idul Adha (10 Dzulhijjah).
4. Aturan Jika Melewati Ramadhan Selanjutnya
Jika seseorang tidak dapat mengqadha puasa hingga datangnya Ramadhan berikutnya, maka ia wajib mengganti puasa dengan fidyah. Fidyah berupa memberi makan orang miskin sejumlah hari puasa yang ditinggalkan, jika tidak ada alasan syar'i yang membenarkan keterlambatan tersebut.
5. Aturan Jika Orang yang Wajib Qadha Puasa Meninggal
Apabila seseorang meninggal sebelum sempat mengganti puasanya, terdapat dua pendapat ulama. Pendapat pertama menyatakan bahwa ahli waris harus menggantikan puasa tersebut dengan memberikan fidyah, yaitu memberi makan orang miskin sebanyak jumlah hari puasa yang ditinggalkan. Pendapat kedua mengharuskan ahli waris untuk mengganti puasa tersebut, namun hal ini memerlukan izin dari ahli waris.
Demikianlah informasi terkait niat puasa qadha Ramadhan. Semoga bermanfaat.
Kontributor : Dini Sukmaningtyas