"Berhura-hura, berfoya-foya dan yang banyak merayakan ini adalah orang di luar Islam sana karena bangga dengan tahun baru mereka. Kemaksiatan di dalamnya jadi yang kita hentikan adalah kebiasaan-kebiasaan jelek," tutur Buya.
Lebih jauh, Buya Yahya menyoroti fenomena umat Islam yang lebih antusias merayakan Tahun Baru Masehi, sementara mereka cenderung melupakan perayaan Tahun Baru Hijriyah.
Ia mengingatkan agar umat Islam tidak terjebak dalam budaya modern, yang hanya mengutamakan kesenangan dan hiburan tanpa mempertimbangkan nilai-nilai agama. Hal ini, menurutnya, bisa berujung pada kemunafikan dan kerugian spiritual bagi umat Islam.
Selain itu, Buya Yahya mendorong umat Islam untuk membuat perubahan dalam tradisi tersebut, dengan mengadakan acara yang lebih bermakna secara Islami. Dengan cara ini, umat Islam bisa tetap berkumpul untuk merayakan malam tersebut tanpa terjerumus dalam kebiasaan yang bertentangan dengan ajaran agama.
Kesimpulannya, merayakan tahun baru dalam Islam tidak mengarah pada kewajiban, dan perayaan yang tidak sesuai dengan ajaran agama dapat berpotensi menjadi perbuatan yang tidak disarankan.
Islam lebih menekankan pada refleksi diri, perbaikan kualitas hidup, dan memperbanyak ibadah daripada merayakan momen tertentu dengan cara yang berlebihan atau terlibat dalam perilaku yang bertentangan dengan akhlak Islam.
Oleh karena itu, merayakan tahun baru dalam Islam sebaiknya dilakukan dengan kesadaran akan prinsip-prinsip agama dan tujuan untuk meningkatkan kedekatan kepada Allah SWT. Demikianlah informasi terkait hukum merayakan tahun baru menurut Islam. Semoga bermanfaat.
Kontributor : Dini Sukmaningtyas
Baca Juga: 40 Ucapan Selamat Tahun Baru 2025 untuk Bos, Perkuat Relasi dan Jaga Citra Profesional