Suara.com - Perayaan tahun baru masehi di kalangan umat Islam memiliki pandangan yang beragam. Menurut Majelis Ulama Indonesia (MUI), tidak ada larangan untuk merayakannya, asalkan dilakukan dengan sederhana dan tidak melanggar norma agama
Beberapa ulama memperbolehkannya selama tidak disertai dengan kemaksiatan, sementara yang lain menganggapnya bertentangan dengan ajaran Islam karena berasal dari tradisi non-Islam.
Habib Husein Ja'far Al Hadar memiliki pandangan yang khas mengenai Tahun Baru Masehi dan bagaimana umat Islam seharusnya menyikapinya.
Dalam beberapa kesempatan, ia menekankan pentingnya mengarahkan harapan dan doa kepada Tuhan, bukan kepada tahun itu sendiri.
Dirinya berpendapat bahwa berharap kepada tahun tanpa melakukan perubahan diri adalah hal yang tidak tepat.
Dalam satu unggahan, ia menyatakan, "Ya kan emang aneh kalau berharap sama Tahun, bukan Tuhan! Berharap diri berubah karena tahun, tanpa kita berubah".
Selain itu, Habib Ja'far juga memberikan nasihat agar umat Islam tidak terjebak dalam perayaan yang dapat mengarah pada maksiat.
Dirinya mengingatkan bahwa meskipun malam tahun baru sering kali diisi dengan perayaan, umat Islam seharusnya tetap menjaga diri dari perbuatan yang dilarang oleh agama.
Ia menekankan pentingnya refleksi dan introspeksi dalam menyambut tahun baru, serta mendorong umat untuk mendekatkan diri kepada Allah sebagai resolusi terbaik.
Dalam konteks lebih luas, Habib Ja'far juga mengajak umat Muslim untuk memperingati Tahun Baru Hijriah dengan cara yang positif dan produktif.
Ia melihat festival hijriah sebagai kesempatan untuk memperkuat identitas Muslim dan merayakan perubahan dengan cara yang lebih sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Secara keseluruhan, pandangan Habib Husein Ja'far tentang tahun baru masehi mengajak umat untuk lebih fokus pada pengembangan spiritual dan hubungan dengan Tuhan daripada sekadar merayakan pergantian tahun secara superficial.