Suara.com - Tahlilan telah menjadi tradisi yang sering dilakukan oleh umat Islam di Indonesia. Biasanya, tahlil dilakukan dalam berbagai momen seperti selamatan, mendoakan orang meninggal, rutinan malam Jumat, atau acara lainnya. Lantas bagaimana kata Gus Baha soal tahlilan?
Meski banyak dilakukan umat Islam di Indonesia, namun sebagian lainnya menganggap jika kegiatan tahlilan adalah bid'ah. Mereka mengira, jika tahlilan hanya dilakukan di Indonesia saja dan landasan dalilnya sangat lemah.
Terkait persoalan ini, Gus Baha menjelaskan bahwa tahlilan bukan hanya sekadar tradisi lokal. Amalan tahlil memiliki landasan kuat, yang bahkan diakui dalam skala internasional.
Gus Baha mengawali ceramahnya dengan menjelaskan jika Ibnu Taimiyah dan Ibnul Qayyim, ulama besar dalam sejarah agama Islam, menyampaikan perspektif yang mendukung bolehnya tahlilan untuk orang yang sudah meninggal.
Baca Juga: Gus Miftah Buka Suara Soal Pasang Tarif Ceramah Sampai Rp 7,5 Miliar
"Yang membolehkan hadiah Yasin, Fatihah, Tahlil ke mayit itu adalah orang sekaliber Ibnu Taimiyah dan Ibnu Qayyim," kata Gus Baha.
Menurut Gus Baha, penting bagi muslim untuk memahami jika pandangan Ibnu Taimiyah dan Ibnul Qayyim ini mengakui keabsahan dari tahlilan.
"Tapi karena kita nggak baca seakan-akan tahlilan itu hanya tradisi lokal, yang tidak di ACC, tidak disetujui ulama kelas internasional. Padahal di sini jelas diceritakan Ibnu Taiyimah berpendapat 'Qiroatul Quran yang dihadiahkan ke mayit atau tahlil itu boleh. Jadi ini sangat penting supaya orang itu pakai tradisi ilmu," tambah Gus Baha.
Namun, ulama yang memiliki kharismatik itu mengingatkan, bahwa jangan menghukumi orang yang tahlilan atau ziarah kubur sebagai kafir. Sebab, lafal La ilaha Illa Allah bisa menjadikan orang kafir menjadi mukmin.
"Lafal Laa ilaaha illaAllah iku kan dadekno wong sing asale kafir dadi mukmin, ora suwalike," katanya.
Baca Juga: Jomplang, Jawaban Gus Miftah dan Ustaz Adi Hidayat saat Bahas Tarif Ceramah
Susunan Tahlil
Berikut adalah susunan tahlil untuk orang yang sudah meninggal:
- Pengantar Al-Fatihah
- Al-Fatihah
- Surat Al-Ikhlas (3 kali)
- Tahlil dan Takbir
- Surat Al-Falaq
- Tahlil dan Takbir
- Surat An-Nas
- Tahlil dan Takbir
- Surat Al-Fatihah
- Awal Surat Al-Baqarah
- Surat Al-Baqarah Ayat 163
- Ayat Kursi (Surat Al-Baqarah Ayat 255)
- Surat Al-Baqarah Ayat 284-286
- Isaighfar (3 kali)
- Tahlil 100 kali
- Dua Kalimat Syahadat
- Shalawat Nabi 2x
- Tasbih
- Shalawat Nabi 3x
- Doa Tahlil
Hadits Keutamaan Tahlil
الَّذِيْ لَا اِلَهَ اِلَّا هُوَ الحَيُّ القَيُّوْمُ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ، اَفْضَلُ الذِّكْرِ فَاعْلَمْ اَنَّهُ لَااِلَهَ اِلَّا اللهُ، حَيٌّ مَوْجُوْدٌ
Artinya, “Sebaik-baik zikir–ketahuilah–adalah lafal ‘La ilāha illallāh’, tiada tuhan selain Allah, zat yang hidup dan ujud.”
لَااِلَهَ اِلَّا اللهُ، حَيٌّ مَعْبُوْدٌ
Artinya, “Tiada tuhan selain Allah, zat yang hidup dan disembah.”
لَااِلَهَ اِلَّا اللهُ، حَىٌّ بَاقٍ الَّذِيْ لَا يَمُوْتُ
Artinya, “Tiada tuhan selain Allah, zat kekal yang takkan mati.”
Itulah tadi kata Gus Baha soal tahlilan yang perlu dipahami oleh Umat Muslim. Semoga kita dapat memahaminya sebagai amalan yang diperbolehkan.
Kontributor : Putri Ayu Nanda Sari