“Ayahku seorang yang tua dan tidak mampu menguasai dirinya, maka secara otomatis ia membutuhkan untuk dibersihkan dimandikan. Dan kami terkadang harus menyingkap aurat beliau apa arahan anda untuk kami, jazakumullahu khairan ?”
Beliau menjawab :
إذا تيسر أن تخدمه زوجته هذا هو الواجب؛ لأن الزوجة لها النظر إلى عورته، فإذا تيسر أن تخدمه زوجته هذا هو الواجب أن تقوم بحاجته إذا كان مضطرًا لذلك لا يستطيع أن يخدم نفسه، فإن لم يتيسر ذلك فينبغي أن يخدمه رجل في هذا الأمر خادم يتولى هذه الأمور التي يحتاجها ولا يباشر العورة، بل يزيل الأذى بواسطة منديل أو خرق يزيل بها الأذى ولا يمس العورة، فإن لم يتيسر ذلك خدمه إحدى بناته أو إحدى أخواته إذا تيسر ذلك مع الاجتهاد والحذر مما لا يجوز، كمس العورة، بل تمس ذلك بخرقة ونحوها لإزالة الأذى إذا كان لا يستطيع أن يزيل الأذى لمرضه أو عجزه أو كبر سنه، فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ [التغابن:16]، ومن تولى ذلك فهو مأجور في خدمته سواءً كانت الخادمة بنتًا أو أختًا أو زوجة، فهي على خير عظيم، ولكن لا يتولاه غير الزوجة إذا وجدت الزوجة، للاستغناء بها.
"Jika istrinya bisa membantu lelaki tua ini maka inilah yang wajib untuk dilakukan, karena istri boleh melihat aurat suaminya. Jika istrinya bisa maka wajib membantu suaminya jika suaminya memang tak bisa mengurus dirinya sendiri.
Apabila tidak bisa maka sebaiknya ada lelaki yang mengurusnya, seorang pembantu laki yang melaksanakan tugas ini dengan tanpa menyentuh aurat. Tapi ia membersihkan kotoran dengan sapu tangan atau kain, ia membersihkan kotoran dengan sarana ini serta tidak boleh menyentuh aurat.
Jika tetap tidak bisa maka yang melakukannya adalah salah satu dari anak wanitanya, dengan tetap menjaga diri dari hal-hal yang dilarang seperti menyentuh aurat. Akan tetapi ia menyentuhnya dengan menggunakan secarik kain atau benda lain untk membersihkan kotoran, jika memang si bapak yang sudah tua ini tak mampu membersihkannya sendiri dikarenakan sakit atau karena pikun."
Kesimpulannya, menurut syariat dan pendapat ulama tentang memandikan orang sakit, anak perempuan tidak boleh memandikan ayahnya yang sakit dan sebaiknya dilakukan oleh anak laki-laki atau istrinya. Namun dalam sebuah hadis disebutkan jika tidak memiliki anak laki-laki atau tidak bisa menyewa perawat, anak perempuan tetap boleh memandikan ayahnya asalkan tetap hati-hati terhadap auratnya.
Demikian penjelasan mengenai hukum anak perempuan memandikan ayahnya yang sakit.
Kontributor : Putri Ayu Nanda Sari
Baca Juga: Hukum Tidak Menggerakkan Bibir Saat Membaca Bacaan Salat, Apakah Sah?