Bukan Toyor Istri, Begini Adab Bercanda Dalam Islam Sesuai Anjuran Nabi Muhammad

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:37 WIB
Bukan Toyor Istri, Begini Adab Bercanda Dalam Islam Sesuai Anjuran Nabi Muhammad
Gus Miftah dan Ning Astuti (Instagram)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Adab Gus Miftah yang menoyor kepala istrinya Ning Astuti jadi kontroversi. Dalam klarifikasinya, Gus Miftah menyebut tindakan itu adalah bagian dari bercanda dengan istrinya.

Nabi Muhammad pun dikenal sebagai sosok yang suka bercanda. Namun, bercanda memiliki adab yang harus dipatuhi agar tidak melampaui batas dan tetap menjaga keharmonisan sosial.

Bercanda adalah salah satu cara manusia untuk mengekspresikan perasaan dan mempererat hubungan sosial. Dengan candaan, suasana bisa menjadi lebih santai dan cair, memudahkan interaksi antarindividu.

Rasulullah SAW sendiri memberi contoh bahwa bercanda adalah hal yang wajar selama dilakukan dengan baik. Beliau kerap bercanda dengan istri dan para sahabatnya untuk menciptakan kebahagiaan.

Baca Juga: Klarifikasi Gus Miftah Soal Video Toyor Kepala Istri di Depan Umum: Rumah Tangga Saya Memang Begini

Mengutip laman resmi MUI, Hafidz Muftisany dalam bukunya, Adab Bercanda Dalam Islam, ada sembilan etika bercanda yang perlu diperhatikan seorang Muslim:

1. Tidak Menjadikan Nama Allah dalam Candaan

Menggunakan nama Allah dalam candaan adalah hal yang dilarang. Al-Qur'an dalam Surat At-Taubah ayat 65-66 dengan tegas menyatakan bahwa memperolok-olok Allah, ayat-ayat-Nya, atau Rasul-Nya adalah perbuatan yang dapat membawa kepada kekafiran.

2. Tidak Berbohong

Rasulullah SAW bersabda, “Celakalah orang yang berbicara lalu mengarang cerita dusta agar orang lain tertawa. Celaka baginya, celaka baginya.” (HR. Abu Dawud). Membuat lelucon yang mengandung kebohongan hanya untuk membuat orang tertawa sangat tidak dianjurkan dalam Islam.

Baca Juga: Mengapa Istri Gus Dipanggil Ning? Ini Makna dan Filosofinya

3. Tidak Menyakiti dengan Sengaja

Islam menekankan pentingnya menjaga perasaan orang lain. Dalam Surat Al-Hujurat ayat 11, Allah memperingatkan agar tidak merendahkan orang lain melalui candaan. Candaan yang meremehkan atau menyakiti perasaan seseorang sangatlah tercela.

4. Tidak Berlebihan dalam Bercanda

Rasulullah SAW mengingatkan, “Janganlah engkau sering tertawa, karena sering tertawa akan mematikan hati.” (Shahih Sunan Ibnu Majah no 3400). Tertawa berlebihan dapat mengurangi sensitivitas spiritual dan kebijaksanaan seseorang.

5. Menghormati Orang yang Tidak Suka Bercanda

Tidak semua orang menikmati candaan. Oleh karena itu, penting untuk peka terhadap situasi dan memahami kapan harus berhenti bercanda agar tidak menyinggung perasaan orang lain.

6. Menghindari Topik Serius sebagai Bahan Candaan

Beberapa topik, terutama yang bersifat serius atau sensitif, sebaiknya tidak dijadikan bahan candaan. Seorang Muslim yang bijaksana harus bisa memilah kapan harus bercanda dan kapan harus serius.

7. Menghindari Larangan Allah dalam Bercanda

Candaan yang melanggar ajaran Islam, seperti menghina, melecehkan, atau memicu konflik, harus dihindari. Candaan harus selalu dalam batasan-batasan yang sesuai dengan syariat.

8. Tidak Menggunakan Bahasa yang Buruk atau Kasar

Bahasa yang kasar dan konotasi buruk dalam bercanda dapat menciptakan ketidaknyamanan dan merusak hubungan sosial. Islam mengajarkan kita untuk selalu menggunakan kata-kata yang baik dan sopan.

9. Menghindari Tertawa Berlebihan

Aisyah RA meriwayatkan, “Aku belum pernah melihat Rasulullah SAW tertawa terbahak-bahak hingga kelihatan lidahnya, beliau hanya tersenyum.” Hal ini menunjukkan bahwa Rasulullah SAW lebih sering tersenyum daripada tertawa keras, sebagai tanda kerendahan hati dan kebijaksanaan.

Itulah adab bercanda menurut Islam sesuai tuntunan Nabi Muhammad. Semoga bermanfaat.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI