Suara.com - Dzikir, sebagai pengingatan kepada Allah SWT, merupakan praktik yang penting dalam kehidupan setiap Muslim. Bentuk dzikir bisa beragam, mulai dari lafal-lafal seperti tahlil (Laa ilaaha illallah), tasbih (Subhanallah), tahmid (Alhamdulillah), hingga takbir (Allahu Akbar).
Namun, kapan sebenarnya waktu yang tepat untuk melaksanakan dzikir?
Mengutip ulasan di situs resmi Muhammadiyah, dalam beberapa ayat Al-Quran, waktu untuk berdzikir tidak dibatasi. Seperti yang tertuang dalam QS. Taha ayat 130, umat Islam dianjurkan untuk mengingat Allah pagi dan petang, siang, serta malam.
Fakta itu menunjukkan bahwa dzikir dapat dilakukan kapan saja sepanjang hari, menjadikannya aktivitas yang fleksibel dan mudah untuk dilakukan.
Meskipun dzikir dapat dilakukan kapan saja, ada waktu-waktu tertentu yang lebih dianjurkan. Salah satu contohnya adalah setelah melaksanakan shalat.
Dalam QS. Qaf ayat 39-40, Allah SWT memerintahkan untuk memperbanyak dzikir setelah salat fardu. Ini adalah saat di mana hati dan pikiran berada dalam kondisi khusyuk dan lebih terbuka untuk mengingat-Nya.
Selain itu, waktu-waktu khusus lainnya yang dianjurkan untuk berdzikir juga terdapat dalam QS. al-Thur ayat 48-49, yang menyebutkan pertengahan malam dan saat terbenamnya bintang-bintang sebagai waktu yang istimewa untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Momen-momen ini memberikan kesempatan untuk merenung dan memperdalam hubungan spiritual dengan Sang Pencipta.
Dengan demikian, dzikir dalam Al-Quran dianjurkan untuk dilakukan sepanjang hari, baik di pagi, siang, maupun malam.
Ada juga waktu-waktu khusus yang lebih dianjurkan, seperti setelah shalat dan saat-saat tertentu di malam hari. Memahami waktu yang tepat untuk berdzikir dapat memperkuat keimanan dan kedekatan seorang Muslim kepada Allah.