Tradisi Jawa Rebo Wekasan Menurut Islam Tidak Melanggar Syariat, Buya Yahya Ingatkan Poin Penting Ini

Rifan Aditya Suara.Com
Selasa, 03 September 2024 | 16:40 WIB
Tradisi Jawa Rebo Wekasan Menurut Islam Tidak Melanggar Syariat, Buya Yahya Ingatkan Poin Penting Ini
Tangkapan layar video Buya Yahya. [YouTube Al Bahjah TV,] - Tradisi Jawa Rebo Wekasan Menurut Islam Tidak Melanggar Syariat, Buya Yahya Ingatkan Poin Penting Ini
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Rebo Wekasan merupakan istilah dari budaya Jawa yang digunakan untuk menyebut hari terakhir bulan Safar. Lantas, bagaimana pandangan Rebo Wekasan menurut Islam?

Sebagian umat Islam kerap mengadakan tradisi dan amalan tertentu pada Rebo Wekasan karena hari tersebut dipercaya sebagai hari turunnya ribuan musibah dan bala'.

Untuk tahun ini, Rebo Wekasan jatuh pada Rabu, 4 September 2024, yang bertepatan dengan hari Rabu terakhir pada bulan Safar dalam kalender Hijriah.

Berikut adalah asal-usul kepercayaan terhadap Rebo Wekasan dan bagaimana pandangan Islam terhadap hal tersebut.

Baca Juga: Bacaan Dzikir dan Doa Tolak Bala Rebo Wekasan, Baca Malam Ini!

Apa Itu Tradisi Rebo Wekasan?

Rebo Wekasan berasal dari bahasa Jawa, di mana "Rebo" berarti Rabu dan "Wekasan" berarti terakhir. Jadi, Rebo Wekasan merujuk pada hari Rabu terakhir di bulan Safar.

Dalam kalender Islam, bulan Safar adalah bulan kedua setelah Muharram, dan merupakan bagian dari tahun Hijriah.

Sebagian umat Islam masih mempercaya bahwa Rabu terakhir di bulan Safar merupakan hari sial, di mana Allah SWT menurunkan ribuan bala'.

Kepercayaan tersebut akhirnya diyakini secara turun-temurun dari generasi ke generasi, dan diperkuat dengan kesaksian seorang ahli makrifat yang berkata bahwa mereka mengetahui bahwa Allah SWT setiap tahunnya menurunkan 320.000 bala' di Rabu terakhir bulan Safar.

Baca Juga: Niat dan Tata Cara Sholat Rebo Wekasan 4 Rakaat, Dilakukan Jam Berapa?

Tradisi Rebo Wekasan Menurut Islam

Umat Islam biasanya menjalankan tradisi Rebo Wekasan dengan menjalankan berbagai amalan, seperti mandi tolak bala', salat sunnah, membaca doa, maupun bersedekah.

Namun, dalam perspektif agama Islam, Rasulillah SAW tidak pernah mengatakan tentang kesialan dalam bulan Safar.

Menurut Buya Yahya seperti dikutip dari YouTube Al-Bahjah TV, umat Islam harus berpegangan pada Al-Qur'an dan hadits, serta kesepakatan para ulama.

Namun, umat Islam boleh saja meminta perlindungan dari Allah SWT dari hal-hal yang tidak baik, selama tidak bertentangan dengan syariat Islam.

"Mengikuti ilham (kesaksian dari orang alim), selagi itu tidak bertentangan dengan syariat, maka itu boleh diikuti," tutur Buya Yahya.

Dengan kata lain, boleh saja jika umat Islam melakukan salat sunnah dua rakaat jika diniatkan sebagai salat hajat untuk meminta perlindungan dari Allah SWT, karena hal itu tidak bertentangan dengan syariat.

Selain itu, melakukan dzikir atau sedekah juga boleh dilakukan, bahkan sangat dianjurkan, karena sudah sesuai dengan syariat.

Ibadah tersebut harus dilakukan sesuai pedoman yang diajarkan oleh Rasulullah SAW, dan tidak menyalahi atau mengubah aturan ibadah itu sendiri.

Namun, bagi yang tidak mempercayai ilham mengenai Rebo Wekasan, juga sah-sah saja, karena memang tidak ada dasar hukumnya dalam Islam.

"Bagi yang mengingkari atau tidak percaya Rebo Wekasan, jangan dicaci. Karena tidak ada ajaran dari Nabi Muhammad SAW. Tidak harus kita percayai ilham seseorang. Hujjah kita hanya Al-Qur'an, hadits Nabi, dan ijma para ulama," imbuh Buya Yahya.

Itulah ulasan mengenai Rebo Wekasan dan pandangan Islam terhadap tradisi Rebo Wekasan. Apakah anda termasuk yang mempercayai tradisi Jawa ini atau tidak?

Kontributor : Dini Sukmaningtyas

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI