Teks Khutbah Jumat tentang Maulid Nabi: Meneladani Kasih Sayang Nabi Muhammad SAW di Bulan Rabiul Awal

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Senin, 02 September 2024 | 09:07 WIB
Teks Khutbah Jumat tentang Maulid Nabi: Meneladani Kasih Sayang Nabi Muhammad SAW di Bulan Rabiul Awal
Khutbah jumat tentang Maulid Nabi. (freepik)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Maulid Nabi adalah perayaan tahunan bagi umat Islam di seluruh dunia untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Peringatan ini menjadi momen spesial bagi umat Islam untuk mengenang jasa-jasa dan perjuangan Rasulullah dalam menyebarkan Islam. Di bulan ini, khutbah Jumat tentang Maulid Nabi akan disampaikan oleh khatib saat melaksanakan ibadah salat Jumat.

Maulid Nabi jatuh pada tanggal 12 Rabiul Awal dalam kalender Hijriah. Untuk tahun 2024, Maulid Nabi jatuh pada hari Senin, 16 September 2024. Tanggal ini telah ditetapkan sebagai hari libur nasional di Indonesia.

Berikut ini teks khutbah Jumat tentang Maulid Nabi yang bisa digunakan oleh penceramah atau pun siswa yang mendapat penugasan di sekolah, seperti dikutip dari laman resmi Kementerian Agama, Senin (2/9/2024).

Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah,

Baca Juga: 5 Teks Pidato Maulid Nabi Pendek Dilengkapi dengan Dalilnya

Pada hari yang penuh berkah ini, marilah kita semua meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT dengan sepenuh hati. Ketakwaan yang sejati adalah kunci dari segala solusi dalam hidup, menghadirkan rezeki yang tidak disangka-sangka dari arah yang tidak terduga. Inilah janji Allah bagi hamba-Nya yang bertakwa, yang selalu menjauhi larangan dan menjalankan perintah-Nya dengan ikhlas.

Kita berada di bulan yang mulia, bulan Rabiul Awal, bulan kelahiran junjungan kita, Nabi Muhammad SAW. Beliau adalah penutup para nabi, cahaya bagi semesta, dan tidak ada nabi setelahnya. Di bulan Maulid ini, sepantasnya kita memperbanyak rasa syukur kepada Allah SWT yang telah mengutus Nabi Muhammad SAW sebagai rahmat bagi seluruh alam.

Sebagaimana firman Allah dalam Surah Al-Anbiya ayat 107:

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ

"Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam."

Baca Juga: Contoh Susunan Acara Maulid Nabi Muhammad SAW 2024 Lengkap Sampai Penutup

Imam al-Baidhawi dalam tafsirnya menjelaskan bahwa pengutusan Nabi Muhammad SAW adalah sumber kebahagiaan dan kebaikan bagi seluruh umat manusia, baik di dunia maupun di akhirat. Imam Ibnu 'Abbas menegaskan bahwa siapa pun yang menerima dan mensyukuri ajaran Nabi ini akan meraih kebahagiaan dalam hidupnya. Sebaliknya, siapa yang menolak, ia akan mengalami kerugian besar.

Kasih sayang yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW bukan sekadar kata-kata. Beliau adalah teladan dalam menerapkan kasih sayang itu kepada seluruh makhluk, bahkan kepada orang-orang musyrik sekalipun. Ingatlah ketika Nabi hijrah ke Thaif dan disambut dengan kekerasan serta permusuhan yang lebih besar dari kaumnya sendiri. Malaikat penjaga gunung menawarkan untuk membinasakan penduduk Thaif, namun Nabi dengan kelembutan hatinya menolak. Beliau justru berdoa agar keturunan mereka kelak menjadi penyembah Allah.

Kisah lain yang menunjukkan sifat kasih sayang Nabi adalah ketika beliau menolak untuk melaknat kaum musyrik, meskipun disakiti. Dalam hadis riwayat Shahīh Muslim, seorang sahabat meminta Nabi untuk mendoakan keburukan bagi musyrikin. Namun, Nabi dengan bijak menjawab, "Sungguh, aku tidak diutus sebagai pelaknat, tetapi aku diutus sebagai rahmat!"

Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah,

Sifat pemaaf adalah salah satu akhlak mulia Nabi Muhammad SAW yang harus kita teladani. Ingatlah peristiwa Perang Uhud, di mana pamannya, Hamzah bin Abdul Muthallib, terbunuh dengan cara yang sangat kejam. Meski rasa sakit dan marah menyelimuti hatinya, ketika pelaku pembunuhan tersebut, Wahsyi, menyatakan diri untuk masuk Islam, Nabi memaafkannya. Betapa besar jiwa pemaaf yang dimiliki Nabi kita.

Allah SWT berfirman dalam Surat Al-A'raf ayat 199:

خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ

"Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh."

Dengan meneladani sifat pemaaf ini, kita akan menciptakan kedamaian dalam lingkungan sosial kita. Tidak ada dendam yang memecah belah, melainkan kasih sayang yang menyatukan. Di bulan Maulid ini, marilah kita mengambil pelajaran dari sifat dan akhlak mulia Rasulullah SAW, karena di dalamnya terdapat keberkahan dan kemaslahatan, baik di dunia maupun di akhirat.

Semoga kita semua diberi kekuatan untuk mengikuti jejak beliau dalam menebarkan kasih sayang, memaafkan, dan menjadi rahmat bagi lingkungan sekitar kita. Aamiin.

Makna Penting Merayakan Maulid Nabi

Maulid Nabi menjadi kesempatan untuk mengingat kembali sejarah Islam, perjuangan Rasulullah dalam menghadapi berbagai tantangan, serta mukjizat-mukjizat yang beliau terima. Beberapa makna penting yang didapat dari merayakan Maulid Nabi antara lain:

  • Meneladani Akhlak Mulia: Nabi Muhammad SAW merupakan teladan bagi seluruh umat manusia. Melalui peringatan Maulid Nabi, umat Islam diajak untuk meneladani akhlak mulia Rasulullah, seperti kejujuran, kesabaran, dan kasih sayang.
  • Meningkatkan Keimanan: Peringatan Maulid Nabi dapat meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Dengan merenungkan kehidupan Rasulullah, umat Islam akan semakin dekat dengan Allah SWT.
  • Momen Bersyukur: Maulid Nabi juga menjadi momen untuk bersyukur atas nikmat yang telah Allah SWT berikan, terutama nikmat Islam.

Maulid Nabi bukan hanya sekadar perayaan tahunan, tetapi juga momentum untuk meningkatkan kualitas iman dan amal saleh. Semoga dengan memperingati Maulid Nabi, kita semua dapat menjadi umat Islam yang lebih baik dan senantiasa mengikuti sunnah Rasulullah SAW.

Itulah teks khutbah Jumat tentang Maulid Nabi yang bisa digunakan dengan sedikit modifikasi. Semoga bermanfaat.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI