Suara.com - Hari Rabu terakhir di bulan Safar seringkali disebut sebagai Rabu Wekasan atau Rebo Wekasan, Rebo Kasan, Rebo Pungkasan. Ini merupakan hari yang memiliki makna khusus bagi sebagian umat Islam. Bagaimana hukum Rabu Wekasan dalam Islam?
Meskipun begitu Rebo Wekasan juga kerap dikaitkan dengan berbagai mitos dan kepercayaan. Mulai dari hari sial hingga hari yang penuh keberkahan. Apa Islam juga mengajarkan amalan khusus ataupun meyakini adanya Rabu Wekasan?
Keyakinan Rabu Wekasan
Sebagian orang di beberapa daerah di Indonesia mempercayai bahwa hari Rabu terakhir di bulan Safar adalah hari sial. Sehingga mereka kemudian melakukan ritual-ritual tertentu seperti doa tolak bala atau kesialan yang jatuh pada hari itu.
Adapun bentuk ritual Rabu Wekasan yang umumnya dilakukan adalah sholat, berdoa dengan doa-doa khusus, selamatan, sedekah, silaturrahim, dan berbuat baik kepada sesama.
Di dalam kitab Al-Jawahir al-Khoms, Syech Kamil Fariduddin as-Syukarjanji pada halaman 5 disebutkan, pada setiap tahun hari Rabu terakhir di bulan Safar, Allah SWT akan menurunkan 320.000 bala bencana ke muka bumi.
Maka dari itu, pada Rabu Wekasan banyak orang berasumsi bahwa hari itu akan menjadi hari-hari yang sulit dalam satu tahun. Sehingga kebanyakan umat muslim akan melakukan amalan Rabu Wekasan, seperti mendirikan sholat sunnah sebanyak 4 rakaat.
Tapi sebetulnya, bagaimana hukum Rabu Wekasan menurut Islam?
Hukum Rabu Wekasan Menurut Islam
Baca Juga: Amalan Rabu Wekasan, Menolak Bala dengan Doa di Hari Rabu Terakhir Bulan Safar
Sebagaimana dilansir dari laman NU Online, Ustadz Mubassyarum Bih menjelaskan bahwa pada dasarnya, tidak ada nash sharih yang menjelaskan anjuran sholat Rabu Wekasan.