Tidak berlebihan dan sangat tepat kalau dalam suatu hadits diriwayatkan sebagai berikut:
"Diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA, dia berkata: Nabi SAW bersabda: Ada dua kenikmatan yang kebanyakan manusia tertipu (lalai) padanya, yaitu kesehatan dan waktu luang." (HR al-Bukhari).
Dalam Mukhtashar Minhâjul Qâshidîn intisari kitab Ihya` Ulûmiddîn diriwayatkan, ada orang mengadukan kemiskinannya dan menampakkan kesusahannya kepada seorang alim. Lalu si alim berkata:
“Apakah engkau senang menjadi buta dengan mendapatkan 10 ribu dirham?”
“Tidak,” jawabnya.
“Apakah engkau senang menjadi bisu dengan mendapatkan 10 ribu dirham?”
“Tidak,” jawabnya.
“Apakah engkau senang menjadi orang yang tidak punya kedua tangan dan kedua kaki dengan mendapatkan 20 ribu dirham?”
“Tidak,” jawabnya.
“Apakah engkau senang menjadi orang gila dengan mendapatkan 10 ribu dirham?”
“Tidak,” jawabnya.
“Apakah engkau tidak malu mengadukan Tuanmu sedangkan Dia memiliki harta 50 ribu dinar padamu?” pungkas si alim.
Dari kisah tersebut, kita dapat memetik pelajaran bahwa nikmat sehat jauh lebih berharga dibandingkan uang atau harta yang melimpah.
Jamaah yang Dirahmati Allah,
Betapa pentingnya nikmat kesehatan, hingga Rasulullah SAW pun bersabda:
"Siapa saja di antara kalian masuk waktu pagi dalam keadaan sehat badannya, aman dalam rumahnya, punya makanan pokok pada hari itu, maka seolah-olah seluruh dunia dikumpulkan untuknya." (HR Ibnu Majah).
Dalam Islam, menjaga kesehatan menjadi bagian penting dari prinsip-prinsip pemeliharaan pokok syariat (maqâsidusy syarî’ah), yang terdiri dari: pemeliharaan agama (hifdzud dîn), pemeliharaan diri atau kesehatan (hifdzun nafs), pemeliharaan akal (hifdzul ‘aql), pemeliharaan keturunan (hifdzun nasab), dan pemeliharaan harta (hifdzul mâl).
Baca Juga: Contoh Khutbah Jumat Tahun Baru Islam, Mengingatkan Pentingnya Puasa di Bulan Muharram
Sebaliknya, Islam melarang berbagai tindakan yang membahayakan kesehatan atau keselamatan jiwa, sebagaimana tersebut dalam firman Allah SWT yang artinya: