Suara.com - Demi mengantisipasi hal yang tidak diinginkan oleh jemaah haji Indonesia, pemerintah menyiapkan satu klinik dan lima pos satelit kesehatan di Arafah dan Mina saat puncak ibadah haji.
Menurut Dirjen Layanan Kesehatan Kemenkes RI Azhar Jaya, satu klinik dan lima pos kesehatan itu siap untuk melayani para jemaah asal Indonesia.
"Ada lima pos satelit dan satu Klinik Kesehatan Haji Indonesia yang siap melayani jemaah haji di Arafah. Begitu juga di Mina, ada satu klinik dan lima pos satelit. Sementara untuk di Muzdalifah kita hanya membuat pos-pos di beberapa titik yang akan dilayani tiga sampai empat tenaga kesehatan di tiap posnya," ungkap Azhar.
Azhar menambahkan terdapat fasilitas 33 bed yang bisa diperluas menjadi 54 bed. Klinik yang beroperasi selama satu hari, pada 9 Zulhijjah 1445 H ini juga didukung oleh 52 tenaga kesehatan. Termasuk 15 dokter spesialis jantung, paru, penyakit dalam, emergency, anestesi, dan jiwa.
Baca Juga: Ini 7 Rekomendasi Pasar Tradisional Arab Saudi untuk Beli Oleh-oleh Haji
Pihak Kemenkes juga sudah menyiapkan alur rujukan untuk jemaah jika tak bisa ditangani di klinik kesehatan.
"Jika tidak bisa ditangani di KKHI akan kita rujuk ke East Arafat Hospital, kemudian Jabal al Rahma Hospital, baru selanjutnya ke RS di Mina," jelasnya.
"Pos satelit kesehatan juga akan kita operasikan. Ini terdapat di beberapa maktab. Tujuannya agar layanan kesehatan bisa lebih mendekat kepada jemaah," ungkapnya.
KKHI Mina akan beroperasi mulai 9 sampai 13 Zulhijjah 1445 H. Dikatakan Azhar, kebanyakan pasien yang dirawat terkena dehidrasi dan prestroke. Dehidrasi, ungkap salah satu dokter di KKHI, bisa mencetuskan gangguan irama jantung terutama bagi jemaah yang memiliki riwayat jantung.
Hingga Sabtu (15/6/2024) pagi pukul 06.00, jumlah pasien yang dirawat 59 orang. Sementara lima orang dirujuk ke Rumah Sakit terdekat. Adapun jemaah yang meninggal hingga pagi tadi sebanyak tiga orang karena penyakit jantung.
Baca Juga: Ingin Puasa Arafah Tapi Lupa Baca Niat Saat Malam Hari, Begini Solusinya