Suara.com - Melaksanakan ibadah haji ke tanah suci menjadi tujuan bagi umat muslim. Segala daya upaya dan perjuangan dilakukan demi bisa menjalankan rukun Islam kelima itu.
Hal itu juga yang dilakukan oleh Matsa, seorang nelayan asal Kepulauan Riau, Batam yang tahun ini melaksanakan ibadah haji. Matsa pergi naik haji bersama istri tercinta.
Warga Kelurahan Pantai Pecong Kecamatan Belakang Padang Kota Batam ini tiap harinya menjaring ikan. Dari hasil tangkapan ikan ini, Matsa dan istri menabung untuk bisa berangkat haji.
Baca juga:
Baca Juga: Jangan Titipkan ke Orang Lain! Ini Tips Aman Menjaga Paspor bagi Jemaah Haji
Bagi Matsa saat ditemui di Paviliun Bandara Amir Muhammad bin Abdul Azis, ia bisa berangkat ke tanah suci tentu saja tak lepas dari panggilan Allah SWT.
"Alhamdulillah pak, luar biasa. Allah yang nganter kan, kita gak bisa apa - apa. Tergantung pada niat lah," ujar Matsa.
"Itu memang tak bisa dibayangkan karena kan yang bisa memanggil itu Allah, bukan uang atau fisik kita kan. Kalau fisik kita kuat tapi kalau Allah tak panggil. Tujuan kita mau ibadah kan. Mudah- mudahan perjuangan kita di ridhoi oleh Allah," sambungnya.
Matsa menceritakan bahwa bukan perkara mudah baginya yang hanya seorang nelayan bisa mengumpulkan uang untuk naik haji. Banyak halangan yang harus dihadapai Matsa demi bisa berangkat ke tanah suci dan menjadi tamu Allah SWT.
"Kadang satu tahun nganter cuma 1 juta atau Rp1,5 juta. Gitulah nyicil - nyicil dari hasil nelayan. Ngumpul - ngumpul dari Rp20 juta lebih sampai Rp30 juta lebih,"
Baca Juga: Raffi Ahmad dan Keluarga akan Berangkat Haji, Biayanya Ditaksir Miliaran Rupiah
Baca juga:
"Memang murni pak, hasil tangkapan ikan. Dari jaring sampai pasang - pasang itu. Kadang - kadang nengok keadaan bang. kalau air naik tidak ada. Saya dari umur 15 sampai 60 lebih," jelasnya.
Tak hanya itu, Matsa dan istri juga harus melalui perjalanan yang melelahkan untuk bisa sampai ke tanah suci. Dari tempat tinggalnya, ia harus melalui perjalanan menggunakan kapal boat menuju ke Batam.
eski waktu tempuh hanya sekitar 30 menit, namun terkadang cuaca yang kurang bersahabat membuat Matsa dan istri harus rela pulang hingga larut malam.
"Kami manasik seminggu dua kali atau tiga kali. Waktu manasik kadang jam 5 baru selesai. 2013 daftar haji. Jarak dari rumah ke Batam 30 menit naik boat. Kalau ke kecamatan satu jam,"
"Jadi kita pakai buat sendiri yang kecil. Itu untuk setiap hari kerja sebagai nelayan. Kadang - kadang kena hujan, kadang - kadang pulang malam gak tentu. Dari Batam kan jauh, kadang- kadang jam 8 dan jam 9 pun pernah," ungkapnya.
Perasaan bahagia juga diungkap oleh istri Matsa, Saiyah. Ia mengucap syukur bisa memenuhi panggilan Allah bersama suami Meski sempat tertunda akibat Covid - 19. Jemaah berusia 62 tahun itu berharap langkah mereka kelak bisa diikuti anak dan cucu.
"Alhamdulillah, disambut dengan sangat baik. Pelayanannya sangat bagus. Bersyukurlah tiba di tanah suci ini, niat ibu tercapai. Minta doa anak agar bisa ikuti jejak ibu juga," katanya.