Makna lebaran ketupat menurut Islam
Lebaran ketupat dalam pandangan Islam tidak menyalahi atau mengingkari makna hari raya Idul Fitri dalam ajaran Nabi Muhammad saw. Malahan ini merupakan langkah menyempurnakan.
Menurut KH. Hasanuddin Busyori Karim Buntent yang dikutip dari nu.or.id, pada 2014, ketika beliau masih hidup menyampaikan bahwa lebaran ketupat merupakan cara masyarakat bersyukur usai menjalani ibadah puasa ramadhan.
Serta melakukan puasa syawalan selama enam hari di bulan syawal usai merayakan kedatangan hari raya idul fitri dengan shalat ied. Lebaran ketupat menitikberatkan aktifitas silaturahmi antar sanak dan keluarga.
Zaman dulu, ketupat yang dibuat dengan tangan merupakan tirakat pembuatnya. Saat menganyam daun kelapa, mereka membaca bersyahadat dalam hati atau bersyalawat.
Sehingga ketika mereka selesai membuat puluhan hingga ratusan ketupat, mereka sudah bersyalawat ratusan kali pula. Kegiatan ini secara kasat mata dapat mengeratkan tali silaturahmi dan secara tak kasat mata mengeratkan takwa, kedekatan umat Islam kepada Nabi Muhammad saw dan juga kepada Allah Swt.
Tradisi lebaran ketupat ini sangat dianjurkan untuk dipertahankan karena ini merupakan ajaran para wali, khususnya Sunan Kalijaga di Jawa Tengah dan diajarkan pula oleh Sunan Gunung Djati di Cirebon.
Hukum merayakan lebaran ketupat menurut Islam ialah diperbolehkan. Syekh Athiyyah, mufti Mesir menjelaskan:
ﻭﺑﺎﻟﻨﺴﺒﺔ ﺇﻟﻰ ﻣﺎ ﻫﻮ ﺩﻳﻨﻰ ﻗﺪ ﻳﻜﻮﻥ اﻻﺣﺘﻔﺎﻝ ﻣﻨﺼﻮﺻﺎ ﻋﻠﻴﻪ ﻛﻌﻴﺪﻯ اﻟﻔﻄﺮ ﻭاﻷﺿﺤﻰ، ﻭﻗﺪ ﻳﻜﻮﻥ ﻏﻴﺮ ﻣﻨﺼﻮﺹ ﻋﻠﻴﻪ ﻛﺎﻟﻬﺠﺮﺓ ﻭاﻹﺳﺮاء ﻭاﻟﻤﻌﺮاﺝ ﻭاﻟﻤﻮﻟﺪ اﻟﻨﺒﻮﻯ
Baca Juga: Lebaran Ketupat dari Mana? Tradisi Setelah Seminggu Idul Fitri, Pencetusnya Bukan Orang Sembarangan
Artinya: (Hukum memperingati hari besar) kaitannya dengan agama ada dua. Pertama, adalah dijelaskan dalam agama seperti Idul Fitri dan Idul Adha. Kedua, tidak dijelaskan dalam agama seperti hijrah, Isra' dan Mi'raj, serta Maulid Nabi.