Jadi Pelengkap Saat Lebaran, Begini Filosofi Ketupat

Jum'at, 22 Maret 2024 | 09:53 WIB
Jadi Pelengkap Saat Lebaran, Begini Filosofi Ketupat
Ilustrasi Ketupat (Unsplash/Mufid Majnun)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Hari Raya Idul Fitri menjadi momen bermaaf-maafan sekaligus berkumpul dengan keluarga besar. Momen satu tahun sekali bagi umat muslim ini selalu dimanfaatkan dengan baik.

Sembari berkumpul bersama keluarga, mereka biasanya mengisi dengan acara makan bersama usai melakukan Sholat Idul Fitri.

Nah, menu masakan yang tak luput dari Hari Raya biasanya adalah ketupat. Makanan yang berbentuk diagonal ini terbuat dari beras dibalut dengan anyaman janur.

Biasanya, ketupat ini disandingkan dengan kuah santan seperti sayur lodeh ataupun opor ayam. Makanan yang selalu hadir di momen lebaran ini rupanya memiliki makna dan filosofi tersendiri.

Menurut pengajar di Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Buntet Pesantren Subchi A Fikri, Ketupat atau Kupat dalam bahasa Jawa merupakan kependekan dari Ngaku Lepat dan Ngaku Papat.

Ngaku Lepat bermakna mengakui kesalahan, sedangkan Ngaku Papat memiliki arti 4 tindakan dalam perayaan Lebaran.

Pertama, Lebaran ini bermakna usai, menandakan berakhirnya waktu puasa. Berasal dari kata lebar yang artinya pintu ampunan telah terbuka lebar.

Kedua, Luberan, istilah ini berarti meluber (melimpah) menjadi simbol ajaran bersedekah untuk kaum miskin.

Ketiga, Leburan, memiliki makna habis dan melebur. Pada momen lebaran ini, dosa dan semua kesalahan akan melebur karena setiap muslim dituntut untuk saling memaafkan satu sama lain.

Baca Juga: 7 Ide Hampers Ramadhan 2024 untuk Mertua Selain Biskuit Kaleng dan Sirup

Keempat, Laburan, yang berarti labur atau kapur. Kapur ini adalah zat yang digunakan untuk penjernih air dan pemutih dinding. Maksudnya adalah manusia selalu menjaga kesucian lahir dan batin satu sama lain.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI