Suara.com - Umat muslim biasanya berbuka puasa dengan menu takjil yang bernuansa manis seperti dengan buah kurma, kolak, hingga bubur kacang hijau. Tapi, jika mampir ke daerah Kampung Islam Kepaon, Kota Denpasar, Bali, terdapat menu takjil yang tidak bisa ditemukan lagi di tempat lainnya.
Brongko adalah menu takjil yang hanya dijual di Kampung Islam Kepaon selama bulan puasa. Jika dilihat, Brongko sekilas nampak mirip seperti kolak karena diwadahi gelas plastik dengan santan yang berwarna merah muda.
Namun, yang membedakan Brongko adalah isiannya yang menggunakan tepung kanji yang dibentuk menjadi bulatan.
Salah satu penjual takjil Brongko, Zaenah (60) menjelaskan jika dirinya sudah berjualan Brongko selama 25 tahun. Namun, dirinya juga tidak mengetahui persis asal usul takjil khas tempat tinggalnya ini.
Baca Juga: Perang Sarung Marak Terjadi di Bulan Ramadan, Polisi: Saling Cari Viral di Medsos
“Gak tahu (asalnya), dari dulu ibu aja gak tahu. Tahu-tahu sudah ada dari dulu,” ujarnya saat ditemui pada Kamis (21/3/2024).
Dalam seharinya, Zaenah mampu menjual hingga 30 gelas Brongko. Jumlah tersebut menurutnya sudah termasuk banyak, karena proses pembuatan Brongko memakan waktu yang tidak sedikit.
Menurutnya, perlu waktu berjam-jam untuk memilin tepung kanji hingga membentuk bulatan yang nantinya akan dijadikan isian. Karena memakan waktu itu juga yang menjadikan alasan Brongko hanya dijual selama Bulan Ramadan.
“Soalnya ribet bikinnya. Soalnya (harus) dipilin-pilih (selama) ada 2 jam,” ucapnya singkat.
Satu gelas Brongko milik Zaenah dijual seharga Rp5 ribu saja. Selain Brongko, Zaenah juga menjual takjil lainnya seperti kolak, kue lapis, dan agar-agar.
Baca Juga: Lambungnya Luka, Olla Ramlan Belum Puasa Ramadan Sama Sekali
Saat dicicipi, Brongko ternyata memiliki rasa yang juga berbeda dari kolak. Dalam santannya yang didominasi rasa manis, terdapat rasa kayu manis yang cukup kuat. Selain itu, isian tepung kanji juga memberikan sensasi berbeda dari jenis takjil lainnya.
Tokoh masyarakat Kampung Islam Kepaon, Padani menjelaskan jika nama Brongko memiliki asal dari istilah Bahasa Bugis yakni Barongko. Hal itu disebabkan oleh banyaknya penduduk asli Bugis yang menetap di Kampung Islam Kepaon.
Menurut dia, kenikmatan Brongko memang paling terasa jika dinikmati pada suasana Bulan Ramadan.
“Jangan coba-coba cari barongko di luar bulan puasa. Kalau pun ada, nikmat kita tidak seenak di Bulan Puasa, itu lah ciri khas Brongko,” pungkasnya.
Kontributor : Putu Yonata Udawananda