“Itu sebabnya kenapa setiap 10 hari sekali, karena Al-Qur’an itu terdiri dari 30 juz. Dibaca setiap malam 3 juz, akhirnya setiap 10 hari sekali kita mengadakan khataman,” ujar tokoh masyarakat Kampung Islam Kepaon, Padani.
Kegiatan Megibung digelar dengan harapan meningkatkan kebersamaan dan kerukunan antar masyarakat Kampung Islam Kepaon. Harapan kerukunan itu juga tercermin dengan masyarakat yang selalu menyiapkan hidangan untuk Megibung.
Padani menjelaskan dalam 3 kali Megibung, kelompok masyarakat di sana bergiliran mendapat tugas untuk menghidangkan makanan. Pada Megibung pertama, kelompok masyarakat bagian selatan Kampung Islam Kepaon yang membawa makanan, kemudian diikuti masyarakat di tengah dan utara Kampung Islam Kepaon.
Padani yang juga merupakan salah satu tokoh senior di sana menjelaskan jika tradisi Megibung mengalami perubahan dibanding dahulu. Perubahan yang terlihat paling jelas adalah dari jenis makanan yang dihidangkan.
Jika dahulu, dia menjelaskan lauk yang disajikan adalah olahan daging. Olahan daging sapi yang kerap dihidangkan seperti semur daging Kedonting atau daging masak merah. Namun, kini lauk pauknya lebih banyak menggunakan olahan daging ayam.
Namun, satu ciri khas hidangan Megibung di Kampung Islam Kepaon yang harus ada adalah sayur urap. Selain itu, tentunya nasi yang dialasi dengan nampan besar atau disebut dengan “nasi kapar”.
“Yang khas di sini Mamin di nasi kapar yang tidak boleh dilupakan adalah sayur urapnya, itu yang khas,” ujarnya.
“Sekarang lauknya sudah beda, kalau dulu tidak ada ayam, pasti daging. Karena itu masakan tradisional Kepaon, kita pakai Kedonting, ada masak merah. Sekarang sulit kita dapatkan itu. Karena cara membuat masakan itu cukup rumit, dari pagi sampai sore baru selesai,” tutur Padani.
Meski begitu, antusiasme masyarakat untuk mengikuti Megibung sangat besar. Setelah melakukan Sholat Maghrib bersama, mereka langsung mengambil posisi untuk megibung.
Baca Juga: Lambungnya Luka, Olla Ramlan Belum Puasa Ramadan Sama Sekali
Tua dan muda semuanya menyatu dalam sebuah lingkaran yang mengitari nampan. Dengan lahapnya mereka menikmati hidangan sekaligus menuntaskan ibadah puasa mereka pada hari itu.