2. Lafal niat yang dikutip dari kitab Asna Mathalib:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ هذِهِ السَّنَةَ لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin ‘an adā’i fardhi syahri Ramadhāna hādzihis sanata lillāhi ta‘ālā
Artinya, “Aku berniat puasa esok hari demi menunaikan kewajiban bulan Ramadhan tahun ini karena Allah ta’ala.”
Dalam bacaan niat di atas terdapat kata “Ramadhana” menjadi mudhaf ilaihi dibaca dengan kata khafadh disertai dengan tanda baca fathah. Adapun kata “sanata” yang diakhiri dengan kata fathah sebagai nashab atas tanda ke-dzharafan-nya.
3. Lafal niat termaktub dari kitab Hasyiyatul Jamal dan juga kitab irsyadul Anam:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانِ هذِهِ السَّنَةِ لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin ‘an adā’i fardhi syahri Ramadhāni hādzihis sanati lillāhi ta‘ālā
Artinya, “Aku berniat puasa esok hari demi menunaikan kewajiban bulan Ramadhan tahun ini karena Allah ta’ala.”
Baca Juga: Panduan Tata Cara Sholat Witir 1 Rakaat Lengkap dengan Bacaan Niat
Di dalam bacan niat di atas ada kata “Ramadhani” dianggap sebagai mudhaf ilaihi serta mudhaf sehingga harus diakhiri dengan tanda kasrah yang menjadi tanda khafadh maupun tanda jarr. Sementara itu, kata “sanati” diakhiri dengan tanfa kasrah sebagai khafadh atau tanda jarr atas musyar ilaih dari kata “hadzihi” sebagai mudhaf ilaihi dari “Ramadhani”.