Suara.com - Melaksanakan puasa ramadhan 2024 sebaiknya dalam keadaan suci, contohnya tidak dalam keadaan haid. Mungkin kamu ingin tahu, bagaimana kalau ada kejadian belum mandi wajib tapi puasa, apakah sah?
Mandi wajib atau mandi besar sendiri merupakan salah satu cara umat Islam membersihkan diri dari hadas besar. Contoh dari hadas besar itu antara lain melakukan hubungan suami istri, keluarnya sperma, haid, nifas, atau melahirkan. Jika seseorang mengalami salah satu kondisi tersebut, perlu mensucikan diri dengan mandi besar.
Perintah mandi besar atau mandi wajib tertera dalam Al Quran surat An Nisa Ayat 43, berbunyi sebagai berikut.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَقْرَبُوا الصَّلَاةَ وَأَنْتُمْ سُكَارَىٰ حَتَّىٰ تَعْلَمُوا مَا تَقُولُونَ وَلَا جُنُبًا إِلَّا عَابِرِي سَبِيلٍ حَتَّىٰ تَغْتَسِلُوا ۚ
Baca Juga: Link Download Jadwal Imsakiyah Ramadhan 2024 Kemenag Full Sebulan Se-Indonesia
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri masjid) sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi". (QS. An Nisa: 43).
Berdasarkan bunyi surat An Nisa tersebut, maka mandi besar diwajibkan kepada seseorang yang dalam keadaan junub. Keadaan junub itu seperti yang dijelaskan dalam Surat An Nisa tersebut ialah seseorang yang mabuk.
Sedangkan bagi seseorang yang akan melaksanakan puasa tetapi baru saja berhubungan suami istri di malam hari dan tidak sempat melaksanakan mandi wajib, puasanya tetap sah. Kondisi ini sering menjadi pertanyaan bagi umat Islam, bagaimana kalau belum mandi wajib tapi puasa, apakah sah?
Dijelaskan dalam surah Al Baqarah ayat 187 bahwa dihalalkan bagi umat Islam bercampur dengan suami istri di bulan puasa. Bunyi firman Allah Swt yang membicarakan hal tersebut adalah sebagai berikut.
أُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ إِلَى نِسَائِكُمْ هُنَّ لِبَاسٌ لَكُمْ وَأَنْتُمْ لِبَاسٌ لَهُنَّ
Baca Juga: Apa Hukum Sholat Tarawih Sendiri Bagi Wanita? Ikuti Tata Cara Khusus Ini
Akhilla lakum lailatasyiyaamirrofsu illanisaaaikum hunnalibaas lakumwa antum libass lahunna
Artinya: Dihalalkan bagi kalian pada malam hari puasa bercampur dengan istri-istri kalian; mereka itu adalah pakaian bagi kalian, dan kalian pun adalah pakaian bagi mereka. (QS. Al Baqarah: 187)
Meskipun demikian, kamu harus segera mandi wajib keesokan harinya agar tubuh bersih dari hadasr besar. Tindakan ini berdasarkan hadist yang berbunyi:
عَنْ عَائِشَةَ وَأُمِّ سَلَمَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ اَلنَّبِيَّ كَانَ يُصْبِحُ جُنُبًا مِنْ جِمَاعٍ ثُمَّ يَغْتَسِلُ وَيَصُومُ
Ngannga issata waummisalamatarodhiya allahunganhumaa anna annabiyaa kaanayusbikhu juubamminjimaa ngisumma yaghtasilu wayassyummu
Artinya: Dari Aisyah dan Ummi Salamah radhiyallahuanhuma bahwa Nabi SAW memasuki waktu shubuh dalam keadaan berjanabah karena jima’, kemudian beliau mandi dan berpuasa. (HR. Bukhari dan Muslim)
Syarat sah melaksanakan puasa ramadhan
Dalam melaksanakan puasa ramadhan, ada beberapa syarat sah yang jika terpenuhi semuanya kita akan memperoleh pahala. Berikut beberapa syarat sah puasa ramadhan.
1. Beragama Islam
2. Sudah balight atau cukup umur untuk menjalankan ibadah puasa. Anak-anak kecil belum diwajibkan untuk melaksanakan puasa. Akan tetapi, diperbolehkan untuk melatih anak-anak berpuasa saat usianya sudah tujuh tahun.
3. Syarat sah puasa berikutnya ialah berakal. Oleh karenanya, seseorang yang gila tidak diwajibkan untuk berpuasa.
4. Jasmaninya harus sehat, sesuai dengan firman Allah Swt surah Al Baqarah ayat 185 berikut,
وَمَنْ كَانَ مَرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ ۗ
Wamankaa namadhoo aungalaa safar fangiddatumminnyaaminkhorra
Artinya: "...Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (dia tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain..."
5. Ia dalam keadaan mampu. Jika dalam keadaan sakit, atau usianya tidak memungkinkan puasa, serta tidak sedang dalam perjalanan yang menyulitkannya puasa. Hal ini sesuai firman Allah Swt dalam surah Al Baqarah ayat 184 berikut.
وَعَلَى الَّذِيْنَ يُطِيْقُوْنَهٗ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِيْنٍۗ
Wangalladdi nayyuthiikhunahu fidyaatun thongaammumiskiin
Artinya: "...Dan bagi orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah, yaitu memberi makan orang miskin..."
6. Bagi wanita yang mengalami haid atau nifas, tidak diwajibkan puasa ramadhan tetapi di kemudian hari mengganti puasa tersebut.
Bacaan niat puasa ramadhan
Syarat wajib agar puasa sah adalah melafalkan niat puasa ramadhan. Adapun niat puasa ramadhan arab, latin, dan artinya adalah sebagai berikut.
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانِ هذِهِ السَّنَةِ لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin 'an adâ'i fardhi syahri Ramadhâni hâdzihis sanati lillâhi ta'âla.
Artinya: "Aku berniat puasa esok hari untuk menunaikan fardhu di bulan Ramadhan tahun ini, karena Allah ta'ala."
Ketika sudah melaksanakan puasa ramadhan dalam sehari penuh, saat berbuka puasa didahului dengan membaca doa buka puasa sebagai berikut.
اَللّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ
Allahumma laka shumtu wa bika amantu wa'ala rizqika afthartu. Birrahmatika yaa arhamar roohimin.
Artinya: "Ya Allah, untukMu aku berpuasa, dan kepadaMu aku beriman, dan dengan rezekiMu aku berbuka. Dengan rahmatMu wahai yang Maha Pengasih dan Penyayang."
Tata cara puasa ramadhan
Dalam keadan mampu, seorang muslim melaksanakan puasa ramadhan dengan tata cara sebagai berikut.
1. Melafalkan niat di malam hari atau ketika akan melaksanakan sahur dan sebelum memasuki waktu subuh.
2. Makan sahur diutamakan untuk dilakukan sebelum menjelang waktu masuk subuh atau sebelum imsak.
3. Melaksanakan puasa sejak subuh sampai matahari tenggelam, menjaga dan menahan diri dari segala macam hal yang dapat membatalkan puasa.
4. Saat waktu berbuka puasa sudah tiba, segera berbuka puasa dengan melafalkan doa berbuka terlebih dahulu.
Demikian itu penjelasan belum mandi wajib tapi puasa. Semoga bermanfaat.
Kontributor : Mutaya Saroh