Suara.com - Dalam rangka program Literasi Digital di Indonesia, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menyelenggarakan webinar mengenai penguatan keterampilan digital masyarakat Indonesia bernama #MakinCakapDigital 2024, Jumat, 22 Maret 2024, di Sulawesi Selatan. Tema yang diangkat adalah "Pentingnya Melestarikan Kearifan Lokal melalui Konten Digital".
Sebagai narasumber dalam webinar ini, yaitu Founder Mom Influencer ID Chyntia Andarinie; CEO Guru Youtuber Dirgantara Wicaksono; serta Duta Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta 2021 Fununun Nisha. Sebagai pembicara kunci acara ini adalah Kallolo Bone 2024 Alif Armada Anugrah. Webinar ini terselenggara bersama Komunitas Ana'Dara Kallolo Bone.
Berdasarkan survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) Tahun 2023, pengguna internet di Indonesia mencapai 215,62 juta atau setara 78,19 persen dari total populasi Indonesia. Di saat yang bersamaan, pertumbuhan pengguna yang masif ini membuka ruang yang lebih luas terhadap potensi meningkatnya penyalahgunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), maupun internet.
Pengukuran status literasi digital Indonesia 2023 terhadap 38 provinsi melaporkan bahwa kemampuan masyarakat Indonesia dalam memanfaatkan TIK semakin membaik dalam setahun terakhir. Indeks literasi digital Indonesia di awal 2023 ada di level 3,54 dari skala 1-5. Artinya, secara umum literasi digital masyarakat Indonesia ada di level "sedang". Indeks tersebut sedikit meningkat dibanding 2020 lalu yang ada di level 3,46.
Baca Juga: RIP Privasi, Nomor Telepon Wonyoung IVE Dijual di Media Sosial Seharga Rp94 Ribu
Dalam pidato kuncinya, Alif Armada Anugrah menyampaikan, peningkatan kemampuan penggunaan internet secara aman dan produktif telah membawa perubahan besar calam cara berkomunikasi, belajar, dan bekerja. Namun, dengan kemajuan tersebut muncul juga berbagai tantangan. Tanpa literasi digital yang memadai, individu berisiko terperangkap dalam arus informasi palsu, jebakan privasi, dan ancaman keamanan online.
"Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk meningkatkan aspek literasi digital. Kegiatan ini, kami berharap menjadi langkah awal yang menginspirasi untuk meningkatkan kesadaran dalam hal literasi digital. Dari Kabupaten Bone, mari jadikan Indonesia cakap digital untuk mewujudkan Indonesia yang terkoneksi," tuturnya.
Mengawali paparannya, Chyntia Andarinie mendefinisikan budaya lokal sebagai sistem kebiasaan masyarakat yang secara terus-menerus dilakukan sehingga menjadi ciri khas masyarakat itu sendiri. Contoh budaya lokal yang ada di Sulawesi antara lain makanan khas Makassar, upacara adat kematian di Toraja, atau kain tenun Sulawesi yang disebut sebagai lipa sabbe.
Menurut dia, budaya lokal tersebut bisa dikenalkan ke khalayak sebagai bahan konten digital di media sosial. Ia lantas memaparkan tahapan pembuatan konten berisikan kearifan budaya lokal tersebut. Diawali dengan penentuan tema, selanjutnya adalah mengumpulkan bahan konten berdasar hasil riset, wawancara, maupun pengalaman pribadi. Apabila sudah komplet, konten bisa didistribusikan di media sosial.
"Beberapa aplikasi yang direkomendasikan untuk digunakan adalah Snapseed (aplikasi photo editor), Canva (platform desain grafis), dan Inshot (aplikasi video editor)," ujarnya.
Baca Juga: Cara Membuat Emoji Kustom, Kreativitas Tanpa Batas!
Fununun Nisha menambahkan, kearifan lokal perlu dirawat dan dilestarikan. Sebab, kearifan lokal menjadi simbol atau identitas sebuah bangsa. Oleh karena itu, melestarikan kearifan lokal tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, melainkan juga tanggung jawab setiap individu, komunitas lokal atau budaya, seniman, kreator konten, influencer, maupun pelaku usaha.
"Contohnya adalah serial film Gadis Kretek yang berawal dari novel dengan judul yang sama. Gadis Kretek tidak hanya dianggap sebagai produk atau merek, tetapi juga sebagai perwujudan dari nilai-nilai, tradisi, dan identitas budaya yang mendalam. Ini berhasil dikenalkan lewat ragam media, seperti media sosial Tiktok, Instagram, hingga tayangan video di Netflix," ungkapnya.
Sementara itu, Dirgantara Wicaksono mengingatkan pentingnya pengelolaan hak cipta dalam konten digital yang dibuat. Menurut dia, melindungi konten digital dengan hak cipta penting karena menjaga keaslian, mencegah pencurian, memastikan pengakuan pencipta, serta memberikan hak eksklusif untuk memonopoli penggunaan dan distribusi konten, mendorong inovasi dan kreativitas, serta memberikan nilai ekonomi dan hukum yang adil bagi pencipta.
"Melalui perlindungan hak cipta, kita dapat menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan industri kreatif dan digital dalam konteks pelestarian kearifan lokal," katanya.
Workshop Literasi Digital ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam program Indonesia Makin Cakap Digital yang diinisiasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI. Informasi lebih lanjut mengenai literasi digital dapat diakses melalui website literasidigital.id, media sosial Instagram @literasidigitalkominfo Facebook Page dan Kanal Youtube Literasi Digital Kominfo.