Meski Diguyur Hujan, Prosesi Dugderan di Kota Semarang Berlangsung Meriah

Rully Fauzi Suara.Com
Minggu, 10 Maret 2024 | 16:40 WIB
Meski Diguyur Hujan, Prosesi Dugderan di Kota Semarang Berlangsung Meriah
Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu bertindak sebagai Kanjeng Mas Ayu Tumenggung Purboningrum saat mengikuti prosesi kirab Dugderan dari Balai Kota Semarang menuju Masjid Kauman dan Alun-alun Semarang, Sabtu (9/3/2024). [dok. pribadi]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

"Tentunya kami berharap bisa lancar semua proses dari Balai Kota kemudian Masjid Agung Semarang kemudian di Masjid Agung Jawa Tengah. Pembagian kue ganjel rel dan kue keranjang ini juga menjadi wujud akulturasi budaya antara masyarakat Jawa, keturunan Arab, keturunan Tionghoa, dan keturunan Melayu. Tentunya akan menjadi satu rangkaian yang sangat dinantikan masyarakat," paparnya.

Dengan prosesi Dugderan ini, lanjut Mbak Ita, merupakan perayaan bersama dalam menyambut bulan Ramadan dengan keikhlasan hingga menyongsong Idul Fitri.

Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang, Wing Wiyarso mengatakan kirab prosesi Dugderan digelar rutin setiap tahun.

Menurut Wing Wiyarso, dulu prosesi Dugderan diinisiasi oleh Kanjeng Bupati Raden Mas Tumenggung Aryo Purboningrat pada tahun 1881.

"Beliau mewujudkan satu kolaborasi akulturasi budaya. Ketika masyarakat Muslim menjelang Ramadan, antara umara dengan ulama bersama-sama mengumumkan kepada masyarakat untuk menyambut bulan suci Ramadan," katanya.

Dirinya menyebut, prosesi ini diawali dengan adanya Pasar Dugderan di sekitar Alun-alun Semarang yang dimeriahkan berbagai permainan.

Warak Ngendog sebagai simbol Dugderan merupakan binatang imajiner yang menunjukkan akulturasi budaya Kota Semarang sejak zaman dahulu kala.

Acara kebudayaan ini juga bentuk toleransi tinggi antar umat beragama, antar etnis yang ada di Kota Semarang. Apalagi kala itu, Semarang menjadi lokasi strategis dalam melakukan syiar agama Islam.

Menurut Wing, ini kedua kalinya prosesi Dugderan yang dilakukan setelah revitalisasi Alun-alun Kauman.

Baca Juga: Cara dan Syarat Angkutan Motor Gratis Dirjen Kereta Api Lebaran 2024

"Acara pertama ada penyerahan suhuf halaqah. Dari Balai Kota, rombongan Ibu Wali Kota yang memerankan tokoh Kanjeng Mas Ayu Tumenggung Purboningrum, nama lain kami izin kepada Keraton Surakarta karena Kanjeng Bupati Raden Mas Tumenggung Aryo Purboningrat adalah putra. Ini dilakukan karena pimpinan kami putri, maka kami minta arahan kemudian diberikan nama tersebut," katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI