“Sebagai pemilik industri kecil dari Yogyakarta, sejak 2004 kami sudah mengikuti program forest sustainability yang disupport oleh sebuah lembaga internasional dan diperkuat dengan keikutsertaan dalam sertifikasi FSC sejak 2009 dengan berproduksi menggunakan bahan baku kayu dari sumber yang berkelanjutan untuk produk furniture dan kitchenware, antara lain bahan bakunya kami peroleh dari SOBI dan Kostajasa. Adapun produk kitchenware produksi kami yang berlabel FSC sudah beredar di lebih dari 8 retail di Indonesia,” ujar Robertus Agung Prasetya dari Karya Wahana Sentosa (KWaS).
Bamboocoop hadir untuk menyempurnakan kehadiran kayu sebagai material yang berketahanan iklim. Dalam bahasa Jawa Kuno dan Bali, kayu berarti kayun atau pikiran; sedangkan bambu berarti ti’ing atau tingkah. Manusia yang sempurna terdiri dari unsur pikiran dan tingkah. “Dengan memadu kayu dan bambu, kami hendak merespresentasikan sejatinya hidup dalam karya arsitektur,” papar Jajang Agus Sonjaya, saat brainstorming konsep booth Arch:id. “Kami yakin, dengan mengusahakan bambu, masyarakat bisa sejahtera, sekaligus alamnya terjaga,” tambah Jajang selaku ketua BambooCoop. Sertifikasi FSC pada hutan bambu seluas 121 hektar di Flores sangat membantu meningkatkan pengakuan pasar atas upaya masyarakat dalam melestarikan hutan.
“Indonesia memiliki potensi hutan rakyat masif dengan luasan total mencapai 34,8 juta hektar. Kami di SOBI hadir berkolaborasi bersama petani hutan rakyat untuk menghasilkan manfaat ekonomi yang optimal dari pengelolaan sumber daya hutan yang berkelanjutan. Tim SOBI memberikan nilai tambah secara komprehensif ke petani hutan sosial yang mencakup penguatan kelembagaan sosial, peningkatan kemampuan teknis, manajemen pembiayaan operasional dan fasilitasi pemenuhan regulasi. Terlebih, kami juga membantu pengelolaan sertifikasi (salah satunya FSC), penyediaan akses penjualan hasil panen, pengembangan in-house sistem digital keterlacakan (traceability), dan tentunya memastikan pemeliharaan kawasan dengan nilai konservasi tinggi. Yang terbaru dari SOBI, kami sedang memberlakukan upaya intensif agar supply chain kayu kami dapat mematuhi EUDR sebelum regulasi tersebut dimulai pada 1 Januari 2025,” ujar Matt Saragih, CEO SOBI.