Mengenal Tradisi Angpao Imlek Dulu Hingga Kini

Iman Firmansyah Suara.Com
Rabu, 31 Januari 2024 | 17:45 WIB
Mengenal Tradisi Angpao Imlek Dulu Hingga Kini
(Dok: Istimewa)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Salah satu hari perayaan budaya Tionghoa yang paling meriah adalah peringatan Tahun Baru Imlek. Beberapa daerah di Indonesia mengadakan berbagai acara kebudayaan seperti pertunjukan barongsai, tarian naga, hingga pawai dan karaval sebagai bagian dari perayaan Tahun Baru Imlek.

Pawai tersebut juga sering dihiasi dengan lentera, hiasan merah, dan kostum tradisional Tionghoa. Selain itu perayaan Tahun Baru Imlek identik dengan kuliner dan angpao.

Tradisi yang paling ditunggu-tunggu oleh anak-anak kecil hingga remaja ialah pembagian angpao. Angpao adalah tradisi pemberian amplop merah berisi uang yang diberikan kepada anak-anak, anggota keluarga, atau teman-teman selama perayaan Tahun Baru Imlek.

Tradisi ini merupakan warisan budaya yang telah dilakukan sejak zaman Dinasti Qin (221 SM -206 SM) di Tiongkok. Awalnya, angpao berupa koin berlubang yang dikat dengan benang merah dan disebut yã sui qián yang berarti uang keberuntungan untuk mengusir roh jahat. Dulu, orang tua memberi anak-anak ya sui qian agar mereka terhindar dari kesialan.

Baca Juga: Sambut Imlek, Ini 6 Skin Lunar Festival Terbaik di Mobile Legends

Seiring berjalannya waktu, bentuk angpao berubah menjadi amplop merah yang berisi uang. Amplop merah biasanya dihiasi dengan gambar karakter shio atau simbol keberuntungan seperti naga, burung phoenix, dan emas.

"Simbol-simbol ini dianggap membawa kemakmuran dan kesejahteraan oleh komunitas Cina dan keturnannya di seluruh dunia. Karena itu seolah-olah menjadi bahasa universal Asia Timur dalam komunikasi visual, contohnya pada logo-logo bisnis," kata Lia Sidik, PhD pakar branding B2B di Indonesia.

Warna merah memiliki makna khusus dalam tradisi Tionghoa dan sering digunakan dalam berbagai konteks, termasuk dalam tradisi berbagi angpao. Berdasarkan fengshui, penggunaan warna merah memiliki beberapa makna simbolis dan tradisional yang dianggap membawa keberuntungan dan kebahagiaan. Selain menciptakan suasana ceria dan meriah untuk acara perayaan, warna merah juga dianggap sebagai simbol cinta dan kemesraan. Pengetahuan budaya dan fengshui ini juga cocok diterapkan pada bisnis, utamanya bagi heritaae brand.

(Dok: Istimewa)
(Dok: Istimewa)

Sebenarnya ada beberapa aturan dalam tradisi membagikan angpao agar maknanya untuk membawa rezeki tercapai, yaitu:

1. Amplop Angpao Harus Berwarna Merah

Baca Juga: 8 Kegiatan Imlek Bareng Keluarga yang Seru dan Menyenangkan, Biar Gak Jenuh Saat Libur!

Merah dianggap sebagai warna keberuntungan dalam budaya Tionghoa dan memberikan makna positif pada pemberian uang.

2. Tidak Boleh Diisi dengan Angka 4

Dalam budaya Tionghoa, angka 4 sering dihindari karena bunyinya yang mirip dengan kata "si" yang berarti "mati". Kematian adalah konsep yang dihindari dan dianggap sebagai pertanda kurang baik.

3. Tidak Boleh Diisi Nomor Ganjil

Jumlah uang yang diberikan dapat bervariasi tergantung pada hubungan dengan penerima, namun tidak boleh diisi dengan jumlah yang ganjil.

4. Tidak Boleh Dititipkan

Angpao harus diberikan langsung kepada penerima.

5. Gunakan uang kertas yang bersih dan rapi

Kondisi uang kertas yang dimasukkan ke angpao harus baik, untuk menunjukkan rasa syukur atas rejeki yang didapat sepanjang tahun.

Tradisi Angpao di Indonesia saat ini sudah meluas, tidak hanya di komunitas Tionghoa dan event Imlek saja tapi sudah menjadi kebiasaan umat muslim di saat Lebaran Idul Fitri juga. Salah satu bentuk perayaan Lebaran adalah berbagi uang di dalam amplop ke anak-anak.

Meskipun keduanya berasal dari konteks budaya dan kepercayaan yang berbeda, terdapat beberapa persamaan yang mencolok. Kedua tradisi ini menempatkan pemberian uang sebagai sarana menyampaikan harapan baik dan kebahagiaan kepada penerima.

Pemberian Angpao dan amplop Lebaran bukan sekadar praktik finansial, tetapi juga mencerminkan pentingnya solidaritas dan kebersamaan dalam masyarakat. Tradisi ini mengukuhkan hubungan keluarga dan membangun kepercayaan antara pemberi dan penerima.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI