Suara.com - Pasca pandemi, tren belanja online semakin tumbuh di Indonesia, bahkan kini juga didukung dengan makin menjamurnya platform e-commerce. Berkembangnya tren belanja online ini terlihat dari frekuensi pengiriman barang oleh konsumen.
Menurut hasil riset dari Populix tahun 2023, frekuensi pengiriman logistik belanja online yang dilakukan oleh konsumen di Indonesia mencapai sekitar 2-3 kali dalam satu bulan.
Namun, belanja online tak akan menjadi pengalaman yang menyenangkan jika industri pengiriman tidak berupaya melakukan transformasi untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi konsumen.
Apalagi pada industri pengiriman dan kargo, tepat waktu adalah hal yang paling penting mengingat jumlah pengiriman terjadi dengan volume besar dengan paket berjumlah banyak.
Baca Juga: Canalys: Pasar Smartphone Ini Diprediksi Paling Laris di 2024
Lalu, bagaimana langkah yang dapat dimulai untuk membentuk pengiriman bisa optimal hingga sampai ke tangan konsumen agar pengalaman belanja online bisa tetap bisa menjadi pilihan masyarakat?
Berikut tiga hal yang perlu diperhatikan dalam membangun pondasi pelayanan bagi konsumen, mulai dari operational process, adopsi teknologi, dan jaminan perlindungan.
Membangun Pondasi Kepercayaan melalui On-time delivery
Di berbagai Industri, pelanggan memiliki peran sebagai aset dalam mendukung keberlangsungan bisnis perusahaan. Permintaan pelanggan pada industri logistik tidak berubah, mulai dari ketepatan waktu dalam pengiriman, harga yang ekonomis dan jaminan keamanan barang.
Ketiga hal tersebut menjadi faktor utama dalam membangun pondasi kepercayaan pada pelayanan pengiriman barang. Karena itu kecepatan pengiriman barang menjadi poin pertama untuk memikat konsumen.
Baca Juga: Mengenal 4 Tipe Orang Belanja di E-commerce, Kamu yang Mana?
Perusahaan logistik harus mulai melakukan ekspansi untuk membangun infrastruktur mereka baik warehouse dan penambahan jumlah armada untuk membantu proses pengiriman ke alamat tujuan.
Disamping itu, penambahan jumlah cabang atau outlet juga menjadi langkah perusahaan logistik dalam memfasilitasi keterjangkauan pengiriman hingga ke pelosok daerah.
Meskipun tantangan terbesar industri logistik di Indonesia adalah kondisi geografis, namun setidaknya, optimalisasi infrastruktur dan jumlah armada menjadi peran penting dalam meminimalisir keterlambatan pengiriman barang.
Adopsi Teknologi
Di era teknologi digital saat ini, adopsi teknologi menjadi langkah yang tepat bagi pelaku industri logistik untuk mendukung dan mempermudah proses pengiriman barang ke konsumen.
Menurut hasil riset dari Here, sekitar 46% perusahaan logistik Indonesia menggunakan perangkat lunak (IT) untuk pelacakan aset dan pemantauan pengiriman pada aset, pengiriman, dan kargo.
J&T Cargo salah satunya, perusahaan penyedia layanan logistik yang fokus pada volume besar turut menginvestasikan teknologi dalam mendukung operasional mereka dengan sistem manajemen pelacakan barang (Tracking).
Selain sistem Tracking, adopsi teknologi pada proses operasional industri logistik juga diterapkan untuk Pemantauan Aset (barang) pada Warehouse atau Gateway yang saat ini berjumlah 98 titik lokasi dan 3200 outlet yang tersebar di seluruh Indonesia.
Adopsi teknologi sangat berdampak pada kepercayaan masyarakat dalam menggunakan jasa suatu logistik. Perusahaan logistik dapat meningkatkan efisiensi dalam Supply Chain Management, termasuk pengelolaan gudang, pengaturan perjalanan, dan pemantauan status pengiriman.
Selain itu, penerapan sistem pada seluruh proses operational diharapkan dapat membantu mengurangi human-error, meningkatkan transparansi, dan mempercepat proses pengiriman yang saling terintegrasi.
Customer Service atau After Sales yang Terjamin
Dalam bisnis pengiriman barang, informasi produk dan jasa menjadi kebutuhan dasar konsumen. Customer Service menjembatani kebutuhan customer terhadap pengiriman atau shipmentnya, seperti informasi dan status terkait pengiriman barang, komplain, claim, dan sebagainya.
Kualitas pelayanan customer diharapkan dapat menciptakan pengalaman yang positif bagi pengalaman konsumen. Bahkan, beberapa perusahaan logistik di Indonesia mengkombinasi antara penggunaan IT untuk memenuhi kebutuhan informasi konsumen pada pengiriman barang selama 24 jam, seperti pemanfaatan platform social media dengan WhatsApp, serta auto responder notification.
Disamping itu, pelayanan pada after-sales juga harus diperhatikan. Setiap perusahaan pengiriman barang perlu memberikan upaya terbaik mereka agar barang kiriman sampai ke tujuan dengan kondisi yang baik. Dalam hal ini, layanan Shipping Insurances atau Asuransi pada pengiriman Barang sangat penting.
Itu dilakukan untuk menjamin potensi kerusakan dan kehilangan selama proses pengiriman barang. Penyediaan layanan asuransi pada barang juga turut menjadi faktor penting bagi konsumen untuk menilai aspek pelayanan, bahkan menentukan opsi pengiriman yang akan mereka gunakan.
“Pelayanan dimulai ketika konsumen datang ke outlet, proses packing, dibantu saat shipment, handling pengiriman tepat waktu, dan terakhir adalah post shipment, yang meliputi penanganan after sales yang cepat tanggap dan terlibat langsung dilapangan, sehingga memudahkan konsumen,” jelas Muhammad Said Abdullah, Network Management Manager J&T Cargo.