Suara.com - Taman Keanekaragaman Hayati atau Taman Kehati di Klaten kerap dimanfaatkan sebagai sarana edukasi bagi para pelajar dan mahasiswa.
Pelestarian flora fauna di Taman Kehati ini salah satunya dengan terkoneksinya 130 jenis vegetasi yang diawasi secara berkelanjutan, dimana estimasi secara total memiliki serapan karbon sebesar 320,96 Ton.
Taman Kehati Klaten ini berfungsi sebagai living library, yaitu lokasi yang berfungsi sebagai ruang belajar dan perpustakaan hidup untuk penelitian, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat. Di taman ini juga terdapat 23 spesies anggrek, di antaranya Vanda Tricolor yang merupakan bunga eksotis Merapi.
Terdapat lebih dari 200 spesies tanaman tumbuh subur di taman tersebut, sedangkan jumlah populasinya mencapai lebih dari 1.000 tanaman.
Sementara itu, Danone-Aqua Klaten terus berkomitmen untuk beroperasi secara berkelanjutan dan bertanggung jawab, termasuk menjaga kelestarian lingkungan yang diwujudkan lewat Taman Kehati ini.
Stakeholder Relations Manager Pabrik Danone AQUA Klaten, Rama Zakaria, mengatakan Taman Kehati Aqua Klaten merupakan kawasan pelestarian flora dan fauna hasil inisiasi PT. Tirta Investama Pabrik Klaten dengan luas sekitar 4,6 hektare. “Semua orang bisa mengakses dengan izin ke Danone-AQUA Klaten. Nanti akan didampingi petugas kami," ujarnya.
Ia menuturkan bahwa tanaman Anggrek yang ada di taman tersebut nyaris punah karena erupsi. "Ini anggrek endemik Merapi, nyaris punah dan berhasil ditemukan kembali. Kini kami ikut membantu menyelamatkan varian itu disini,” ucap Rama.
Sejumlah tanaman keras dari Merapi mulai ditanam di Taman Kehati sekitar dua tahun lalu. Saat dibawa dari lereng Merapi, tinggi pohon baru sekitar 20 cm. Beberapa di antaranya adalah pohon nyamplung, saputangan, dan Afrika, selain tanaman herbal.
Taman Kehati dibagi dalam beberapa zona, yakni zona spesies bambu, anggrek, tanaman keras, dan tanaman herbal. Rama menjelaskan pengenalan keanekaragaman hayati sangat penting. Salah satu tujuannya untuk menumbuhkan kesadaran menjaga kehati, agar tidak terjadi biopiracy yakni kejahatan pencurian genetik hayati. "Contohnya kalau ada warga negara asing datang, ijin ambil hayati, spesies tertentu diteliti, dikembangkan lalu diklaim dipatenkan milik mereka," kata Rama.
Baca Juga: Beda dengan yang Lain, Kamu Bisa Contoh Souvernir Pernikahan dari Pasangan Pengantin Ini
Tidak hanya sebagai perpustakaan hidup, Taman Kehati Klaten ini juga berfungsi sebagai penyangga sistem kehidupan di Sub-Daerah Aliran Sungai Pusur, anak sungai Bengawan Solo di Klaten, Jawa Tengah. Hal itu terbukti dengan melimpahnya air dari Sungai Pusur kepada para petani di Kabupaten Klaten. Untuk kawasan tengah berada di kecamatan Tulung dan Polanharjo, sedangkan untuk kawasan hilir di Kecamatan Delanggu dan Juwiring. “Dengan adanya aliran air di sungai tersebut membuat para petani di daerah ini tidak pernah kekeringan,” tuturnya.