Suara.com - Dua tahun Pandemi Covid-19, membuat sejumlah pelaku usaha termasuk di bidang fashion berlomba-lomba terus berinovasi, misalnya saja Cottonello dan Selasa Di Bali. Kedua brand lokal dari Pulau Dewata tersebut lahir saat Indonesia mengalami penurunan bisnis, ketika fenomena tersebut melanda.
Founder sekaligus Business Development, Andika Liga Bintang mengungkapkan membangun kedua brand tersebut tidaklah mudah, ia bersama rekannya yaitu I Nengah Ariana yang merupakan Founder dan Business Operations Cottonello dan Selasa Di Bali bekerjasama untuk membangun bisnis tersebut.
Di saat pendemi melanda Pulau Dewata, keduanya tercetus sebuah ide untuk membuat pakaian dari linen yang dapat dikenakan oleh pria. Dimana selama ini bahan tersebut lebih sering digunakan kebanyakan untuk fashion Wanita.
“Apa yang kami tawarkan adalah pilihan pakaian yang tidak hanya terlihat bagus, tetapi juga nyaman untuk dipakai sehari-hari. Serta terpenting dengan harga yang terjangkau,” kata Andika.
Awal Mula Terbentuknya Cottonello dan Selasa Di Bali
Andika menceritakan dirinya memulai bisnis fashion tersebut pada Desember 2020 lalu. Awalnya, ia dan rekannya memulai usaha thrifting atau pakaian bekas berbagai merek kenamaan seperti Zara, H&M, dan Giordano dengan harga Rp100 ribu per potongnya. Mulanya penjualannya cukup baik, mereka berpartisipasi dalam berbagai bazaar dengan durasi satu hingga tiga hari.
Namun, setelah beberapa bulan, sayangnya menghadapi kesulitan mendapatkan stok produk berkualitas yang dubutuhkan. “Suplier kami tampaknya menjual produkproduk terbaiknya ke pelanggan lain dengan harga yang lebih tinggi, sehingga stok celana berkualitas sulit kami dapatkan,” ujar Andika.
Akhirnya keduanya mulai mencari solusi dan terinspirasi oleh brand lokal lainnya yang fokus menjual gaun linen bekas. Ternyata banyak pelanggannya, terutama perempuan, sering bertanya, 'Apakah ada produk linen untuk pria?' Karena mereka hanya fokus pada gaun perempuan, permintaan akan produk linen pria tidak bisa mereka penuhi. “Kami melihat peluang di pasar pakaian pria, terutama karena di lingkungan bazaar yang kami ikuti, penawaran pakaian pria terbatas dan umumnya hanya kemeja rayon,” tuturnya.
Keduanya mulai melakukan riset tentang kain linen dan penjahit. Akhirnya memulai dengan produksi celana pendek, yang semula bisnis yang dilakukan adalah menjual celana-celana pendek thrifting. “Kami tahu bahwa pasar celana pendek cukup besar, terutama di Bali yang cuacanya cukup panas. Setelah beberapa bulan berjualan celana pendek linen Cottonello, kami melihat peluang di produk kemeja linen juga,” katanya.
Baca Juga: Apresiasi dengan Mitra Setia Bisa Dilakukan dengan Banyak Cara, Ninos Design Bagi-bagi Hadiah
Andika mengatakan, baik Cottonello dan Selasa Di Bali keduanya menawarkan style dan bahan berkualitas. Terlebih bagi orang-orang yang ingin tetap tampil stylish Ketika sedang berada di Bali. Namun keduanya mempunyai karakteristik berbeda, dan dapat menyesuaikan dengan kebutuhan masing-masing konsumen.