Suara.com - ArtMoments Jakarta, salah satu art fair bergengsi di Indonesia yang eksis digelar sejak 2018 kembali digelar.
Setiap tahunnya, ArtMoments selalu menghadirkan berbagai inovasi dan kebaruan di kancah seni rupa.
Salah satu pengisi pameran yakni G3N Project x Museum of Toys sendiri. Yang istimewa, mereka menghadirkan dua seniman pop art yakni Arkiv Vilmansa dan Peter Rhian Gunawa.
Arkiv memamerkan dua lukisan yang terinspirasi dari lukisan Basoeki Abdullah yang berjudul Tegar Kokoh Bagai Batu Karang dan Sang Pemenang. Arkiv merepresentasikan "Homage to Basoeki Abdullah" kepada dua karyanya yang berjudul "Thunder Strike" dan "Thunder Bird".
Baca Juga: Tahun Depan, Waskita Karya Tak Lagi Berstatus Perusahaan Pelat Merah, Jadi Anak Usaha Hutama Karya
Baginya sosok pelukis romantisme itu sebagai sosok "legend" yang ia senangi dan hormati. "Basuki Abdullah seniman legend, pas ngerjainnya kita sebagai seniman muda memang berpikir bisa seluas mungkin karena bekerja dengan freedom, tapi tentunya tetap mengedepankan apa yang kita yakini sebagai seniman dan jangan ego untuk tetap nilai-nilainya terjaga," katanya di Jakarta, Jumat (18/8/2023).
Arkiv menampilkan sosok Domma yang ia ciptakan dimana terinpirasi dari anaknya yang terkecil. "Balik lagi ke sesuatu yang saya suka dari dulu, memorable karena saya senang dengan dunia kartun. Jadi saya ingin buat dunia kartu sendiri melalui Domma ini," jelas dia,
Ia berharap karya dengan karakter Domma ini juga menjadi masterpiece yang bisa diaplikasikan kemana saja tidak sekedar dalam karya lukisan. "Harapan saya pengen sesuatu yang pernah dibikin jadi sebuah karya masterpiece, aplikasinya bisa ke mana saja misal merchandise," tandasnya.
Menurut dia karyanya ini sebagai apresiasi akan Basoeki Abdullah dengan mereplikasi seni lintas umur dan lintas seniman dalam sajian Pop Art. "Pop Art masih panjang karena memang di sini makin banyak kolektor muda yang tertarik dengan seni itu memerlukan apresiasi yang tinggi. Anak muda sekarang pintar bisnis, mereka punya uang lebih, otomatis ketika punya uang jadi tertarik untuk beli karya. Ini akan membuatnya terus bertahan dan ada pasar sendiri," paparnya.
Dalam kesempatan ini, Peter mengenalkan karakter Redmiller Blood, sosok cilik menggemaskan dengan rambut merahnya. Memiliki ciri lelehan air mata yang menyimpan pesan tentang isu kesehatan mental.
Baca Juga: Wahana Gelar Kontes Karya Ilmiah AHMBS untuk SMA Tingkat Regional
Dalam pameran "Homage to Basoeki Abdullah", dua karya yang ditampilkan Dosen Komunikasi Visual Universitas Maranatha ini berjudul "Soaring in the Sky" dan "Final Destiny". Keduanya mengisaratkan isu tentang bagaimana kesehatan mental, proses kehidupan seseorang dalam kehidupan dan bagaimana perjuangan seorang manusia dalam kesehariannya.
"Mencoba riset dua karya Basoeki Abdullah, berbicara perjuangan proses kehidupan manusia itu relate dengan Redmiller Blood. Sosok cute mengemaskan rambut merah, ingin diterima lingkungan ia menggunakan topeng agar bisa diterima lingkungan korbankan true identity. Air mata pelangi penggambaran pesan hidup manusia selama masih punya tekad pasti akan indah pada waktunya," katanya.
Peter juga menggambarkan bagaimana karya Pop Art dia yang berjudul "Soaring in the Sky" mengarah ke kesehatan mental. Lewat sosok Redmiller Blood ini menggambarkan mata jiwa seseorang. Bagaimana sebuah kehidupan, perjuangan seorang manusia dan bagaimana seseorang tidak menyerah sebagai representasi karya Basoeki Abdullah "Sang Pemenang".
Secara riset dua lukisan mitologi Pak Basoeki secara pesan belum menemukan literatur yang jelaskan lukisan ini. Tapi intinya tentang perjuangan.
Sedangkan Final Destiny karya yang bicara tribute, proses perjuangan manusia ke garis finish atau belum. "Manusia punya khidmat tujuan hidup, memiliki rasa, kasih sayang, kesadaran hidup dia berguna. Yang harus dihargai step by step perjuangannya," tukas Peter.