Ini Cara Ayuningtyas Widari Ramdhaniar Memaknai Kemedekaan bagi Kaum Perempuan

Iman Firmansyah Suara.Com
Kamis, 17 Agustus 2023 | 20:45 WIB
Ini Cara Ayuningtyas Widari Ramdhaniar Memaknai Kemedekaan bagi Kaum Perempuan
Ayuningtyas Widari Ramdhaniar. (Istimewa)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sebagai seorang profesional yang berperan ganda sebagai Managing Director Diesel One Solidarity dan pendiri sekaligus Executive Director ReThinkbyAWR, Ayuningtyas Widari Ramdhaniar punya berbagai cara untuk memaknai kemeredekaan terutama bagi perempuan.

Arti kemerdekaan bagi Tyas, sapaan akrabnya sebagai seorang Perempuan adalah merdeka jika perempuan dapat menjadi aktor strategis di dalam pembangunan serta dapat mengubah kehidupan masyarakat menjadi lebih baik dan sejahtera.

Selain itu, kemerdekaan untuk perempuan jika sebagai seorang ibu merdeka bisa merawat anak dari kandungan dengan bebas tanpa tekanan, memilih bagaimana anak akan dilahirkan dan dibesarkan.

“Sebagai seorang pekerja dapat merdeka berkreasi mengutarakan pendapat, bekerja dengan gaya kepemimpinan sendiri dengan melebihi target yang sudah ditentukan. Perempuan adalah aset, potensi, dan investasi penting bagi Indonesia yang dapat berkontribusi secara signifikan sesuai kapabilitas dan kemampuannya,” ucap Tyas

Baca Juga: Profil Pembawa Baki Paskibraka 2023: Lily Indiani Suparman Wenda Asal Papua

Tyas berbagi pengalaman yang mewarnai jiwa dan pandangannya tentang memaknai kemerdekaan. Di balik tampilannya yang memukau, Tyas memiliki misi yang kuat sebagai seorang "Public Fasilitator" Lebih dari sekadar gelar, ia melihat dirinya sebagai pihak yang memfasilitasi kepentingan masyarakat luas, dengan komitmen untuk membantu mereka yang terpinggirkan.

Ia juga memiliki fokus yang jelas diantaranya memperjuangkan kepentingan kaum marginal dengan semangat untuk memperjuangkan kesejahteraan kaum terpinggirkan, terutama dalam hal kesehatan. Lebih spesifik lagi, Tyas menggambarkan perjuangannya melawan diskriminasi kesehatan yang dialami oleh kelompok rentan, seperti wanita dan anak-anak.

Isu lain yang menjadi perhatiannya adalah perundungan, terutama dalam konteks kesehatan mental dan emosional di kalangan masyarakat marginal. Ini menjadi sangat pribadi bagi Tyas karena ia sendiri pernah menjadi korban perceraian orang tua hingga bullying saat masih di sekolah.

Pergulatan Tyas dengan masa lalunya membawa perubahan besar dalam dirinya. Ia merasa beban emosional yang lama terbawa perlahan-lahan terangkat dari pundaknya. Proses ini memampukannya untuk lebih percaya diri dan dengan mantap melangkah maju dalam hidup.

Kesadaran atas rasa sakit yang ia alami mendorongnya untuk mendekati dan mendengarkan pengalaman orang lain. Ia tidak ragu untuk berbagi ceritanya sendiri, dengan harapan bahwa pengalamannya dapat menjadi sumber inspirasi bagi orang lain yang merasa terisolasi.

Baca Juga: Profil Lilly Indiani Suparman Wenda, Pembawa Baki Bendera Pusaka yang Berasal dari Papua Pegunungan

“Jangan pernah meremehkan kata-kata atau tindakan buruk dari orang lain. Daripada hanya merenungkan penderitaan, lebih baik untuk berbicara dan mencari dukungan dari orang yang dapat dipercaya. Diam hanya akan memperkuat penindasan, sementara mengangkat suara dapat menginspirasi perubahan dan mencegah rasa sakit yang lebih besar di masa depan,” terang Tyas.

Melalui pengalamannya, Tyas mendorong perubahan masyarakat yang lebih luas. Ia bermimpi tentang masa depan di mana stigma dan diskriminasi dihilangkan, dan setiap individu memiliki akses yang sama terhadap pendidikan, makanan, layanan kesehatan, dan peluang ekonomi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI