Suara.com - Produk tembakau alternatif, seperti rokok elektrik, produk tembakau yang dipanaskan, dan kantong nikotin, diklaim dapat menjadi solusi dalam menurunkan prevalensi merokok.
Oleh karena itu, pemerintah di berbagai negara didorong untuk memanfaatkan produk tembakau alternatif dalam menjawab tantangan ini. Salah satunya, melalui akses dan informasi yang akurat terkait produk tembakau alternatif.
Aktivis Pengurangan Bahaya Merokok dari Inggris yang merupakan panelis diskusi Global Forum Nicotine 2023 (GFN23) di Warsawa, Polandia, Clive Bates, mengatakan penelitian yang masif mengenai produk tembakau alternatif sangat diperlukan untuk keterbukaan informasi yang akurat, terutama mengenai profil risiko dari produk tersebut. Sehingga, para perokok dewasa yang ingin beralih ke produk yang lebih baik dapat mengambil keputusan yang tepat untuk untuk diri mereka.
“Sejumlah kajian ilmiah menunjukkan bahwa beralih ke produk tembakau alternatif memiliki risiko yang lebih kecil daripada rokok. Penyebaran informasi yang salah dan menolak segala jenis produk tembakau alternatif dapat menghambat pengurangan bahaya merokok. Padahal, sebenarnya secara produk tembakau alternatif signifikan mengurangi risiko dari kebiasaan merokok,” papar Clive.
Baca Juga: Petani Tembakau Malah Makin Ketar-ketir Jelang Pengesahan RUU Kesehatan
Salah satu bukti efektivitas rokok elektrik dalam membantu perokok dewasa beralih dari kebiasaan merokok juga diungkapkan dalam laporan Cochrane Review yang dipublikasikan Universitas Oxford, Inggris, pada November 2022 lalu. Laporan tersebut merangkum hasil riset di Amerika Serikat (34 studi), Inggris (16 studi), dan Italia (8 studi).
Hasil dari laporan tersebut menunjukkan bahwa perokok berpotensi besar untuk beralih dari kebiasaannya setelah menggunakan rokok elektrik selama enam bulan, dibandingkan menggunakan terapi pengganti nikotin.
“Hasil laporan Cochrane Review menunjukkan bukti kuat bahwa rokok elektrik dapat membantu perokok dewasa untuk beralih dari merokok, terdapat penurunan yang signifikan pada biomarker paparan dan bahaya,” jelas Jasjit Ahluwalia, Ilmuwan Kesehatan Masyarakat di Brown University, Amerika Serikat, yang juga menjadi panelis diskusi GFN23.
Menurut Jasjit, setiap perokok dewasa punya pilihan untuk beralih dari kebiasaan merokok. Salah satunya ke produk yang lebih rendah risiko. Adanya produk tembakau alternatif yang menerapkan konsep pengurangan bahaya sudah berdasarkan ilmu pengetahuan atau sains modern.
Pada kesempatan berbeda, Peneliti dan Dosen Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran, Neily Zakiyah, juga sependapat penyebarluasan informasi tentang profil risiko dan manfaat dari produk tembakau alternatif sebaiknya berbasis fakta dan kajian ilmiah. Hal ini penting agar masyarakat mendapat informasi yang komprehensif dan akurat.
Baca Juga: Volume Impor Naik, Mendag Curhat Minta Arahan Jokowi Agar Produksi Dalam Negeri Naik
“Kajian ilmiah yang komprehensif dapat memberikan informasi dan bukti mengenai profil risiko dan juga potensi produk tembakau alternatif. Penelitian-penelitian yang dilakukan juga diharapkan dapat mencegah individu yang bukan merupakan perokok, agar tidak mencoba produk tembakau alternatif,” kata dia Senin (31/7/2023).
Agar penelitian produk tembakau alternatif di dalam negeri dapat diperbanyak dan segera diimplementasikan, Neily menekankan pentingnya kerja sama antar seluruh pemangku kepentingan, mulai dari pemerintah, akademisi, pelaku industri, hingga masyarakat.
Kolaborasi multidisiplin dengan konsep pentahelix yang melibatkan semua sektor, termasuk media massa dan komunitas, juga perlu diupayakan.