Program Pemberdayaan Berkelanjutan, Ini Peran Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak

Rabu, 26 Juli 2023 | 11:41 WIB
Program Pemberdayaan Berkelanjutan, Ini Peran Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak
Kegiatan siswa menggambar mural sekolah di SDN Watukebo 1 Banyuwangi dalam rangka peluncuran Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak (DRPPA) bersama Amartha. (Dok.Istimewa)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - PT Amartha Mikro Fintek (Amartha) berkolaborasi dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) dalam program Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak (DRPPA) yang berlokasi di Kabupaten Banyuwangi. 

DRPPA merupakan inisiatif Kemen PPPA yang berfokus pada implementasi SDG. Program-program berperspektif gender dan hak anak dilakukan lewat pembinaan dan pemberdayaan masyarakat desa secara terencana dan berkelanjutan. 

"Kemen PPPA menyadari bahwa akselerasi pemberdayaan masyarakat desa lewat program DRPPA, membutuhkan kerja sama dari berbagai pihak, salah satunya pihak swasta seperti Amartha. Private sector seperti Amartha memiliki kredibilitas yang mumpuni dalam menjalankan program pemberdayaan perempuan, baik lewat serangkaian pelatihan maupun akses keuangan inklusif yang berkelanjutan. Jika digabungkan dengan strategi pengembangan DRPPA, saya optimis akan semakin luas dampak yang tercipta. Kemen PPPA sejak tahun 2021 telah menginisiasi program DRPPA melalui piloting di ratusan desa/kelurahan di seluruh Indonesia," ungkap Lenny N. Rosalin, Deputi Bidang Kesetaraan Gender Kemen PPPA, dalam peresmian program DRPPA di Balai Desa Watukebo, Banyuwangi, Kamis (20/7/2023) pekan kemarin, dikutip dari siaran pers.

Dalam kerja sama ini, Amartha bertindak sebagai pengembang kurikulum dan fasilitator pelatihan bagi warga desa serta para kader Sahabat Perempuan dan Anak (SAPA). Pada periode pertama ini, Amartha menjalankan programnya di Desa Watukebo dan Desa Kepundungan, Banyuwangi, Jawa Timur. Pelatihan akan fokus pada topik literasi keuangan dan digital, kewirausahaan UMKM, serta pentingnya sanitasi dan higienitas. 

Baca Juga: Wujudkan Digitalisasi UMKM untuk Pemberdayaan Perempuan, Platform Evermos Raih 3 Penghargaan

Aria Widyanto, Chief Risk and Sustainability Officer Amartha menjelaskan, "Kolaborasi Amartha dan KemenPPPA lewat program DRPPA, bertujuan mendorong kesetaraan dalam pemberdayaan perempuan, termasuk mereka yang tinggal di pedesaan dan masih menghadapi tantangan dalam memajukan perekonomian akar rumput."

"Dalam hal ini, pengalaman dan jangkauan jaringan Amartha di lebih dari 52,000 desa di Indonesia dapat membantu memperluas dampak pemberdayaan ekonomi perempuan, melalui akses layanan keuangan, pendampingan kewirausahaan serta edukasi dalam proses adopsi digital, sehingga memungkinkan perempuan dapat lebih berdaya dan setara. Kolaborasi ini menjadi salah satu prioritas Amartha untuk turut ambil peran dalam mendukung pembangunan desa berperspektif gender yang berkelanjutan, serta berbasis pada nilai-nilai SDG," paparnya kemudian.

Amartha menyiapkan 20 modul pelatihan untuk meningkatkan kapabilitas peserta. Amartha menargetkan sebanyak 350.000 peserta mendapatkan pelatihan selama satu tahun. Langkah pertama yang dilakukan adalah dengan memberikan pelatihan Training of Trainer (ToT) kepada 1.000 tenaga lapangan Amartha dan kader SAPA.

Program DRPPA memiliki 10 indikator isu kesetaraan. Beberapa di antaranya mulai dari implementasi kebijakan desa yang ramah perempuan dan anak, pembiayaan desa untuk pemberdayaan perempuan, kewirausahaan berperspektif gender, pengasuhan/pendidikan bagi ibu dan keluarga, tidak ada kekerasan bagi perempuan dan anak, hingga tidak ada pekerja anak, dan tidak ada perkawinan usia.

Sementara itu, Ipuk Fiestiandini, Bupati Banyuwangi, mengungkapkan bahwa pemerintah daerah sangat mendukung program DRPPA.

Baca Juga: Dinilai Berhasil, Menteri PPPA dan Delegasi ASEAN Kunjungan Belajar Implementasi DRPPA Kalurahan Wedomartani

"Kita masih sering menemukan stigma-stigma yang menyudutkan perempuan. Di mana perempuan dibatasi tingkat pendidikannya agar cepat-cepat dinikahkan. Perempuan juga dibatasi ruang gerak dan inovasinya dalam berwirausaha, sehingga hanya fokus mengurus pekerjaan domestik. Padahal perempuan punya potensi yang besar untuk menggerakkan roda ekonomi pedesaan. Maka, program seperti inilah yang harus kita dukung, sehingga tercipta desa yang berperspektif gender," ujarnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI