Suara.com - Obyek kuliner selalu menjadi bahan konten, yang mampu menarik minat banyak orang. Entah lokasi kuliner, makanan yang disajikan, hingga resep yang bisa diikuti untuk dicoba masyarakat di rumah.
Adalah Agustina Sovia Marcony. Sebelum terjun sebagai content creator, Sovi, sapaan akrabnya merupakan pengusaha tripleks. Kegiatannya sebagai content creator bermula dari sulitnya mencari makanan di area sekitar rumahnya, di Jakarta Timur.
Di tengah kesibukannya sebagai pengusaha, Sovi pun mulai belajar masak. Kebetulan mendiang ibundanya dulu pintar masak dan memiliki usaha catering. “Setiap selesai masak, hasilnya saya foto dan posting di instagram sekaligus dengan resepnya,” ungkap Sovi.
Saat itu Sovi sama sekali tidak menyangka kegiatan yang rutin ia lakukan sejak 2015 ini akhirnya membawanya menjadi seorang content creator kuliner seperti sekarang.
“Masih jarang orang yang melirik konten memasak, yang sekaligus kasih resep masakannya. Itu mungkin yang membuat akun saya berbeda dengan akun-akun kuliner lainnya. Efeknya, followers Instagram saya cepat bertambah,“ ujar Sovi, yang pada akhirnya memilih menutup usaha tripleksnya dan fokus menjadi content creator ini.
Hobinya berbagi foto dan resep masakan itu pula yang membuat akun Instagram Sovi diperhatikan oleh pakar kuliner, William Wongso dan artis Ashanti.
Wanita kelahiran Stabat, 17 Agustus 1980 ini ingin memengaruhi orang lain, agar tidak memandang kegiatan memasak sebagai satu hal yang sulit. Sovi berusaha mengajak pengikutnya untuk berani mencoba memasak sendiri di rumah dari resep yang paling simple dulu.
“Intinya, jangan takut untuk mencoba. Memasak itu sebenarnya mudah sekali, asal kita ada kemauan,” kata wanita yang pernah dikontrak selama 1 tahun untuk membantu promosi peralatan rumah tangga Elextrolux ini.
Kini akun @sovifooddiary di Instagram memiliki 125 ribu pengikut, sedangkan di TikTok sudah mencapai 15 ribuan. Postingannya pun semakin variatif. Bahkan demi berburu konten kuliner, ia sampai melakukan solo traveling ke beberapa negara di Asia, seperti Malaysia, Singapura, Thailand, India, Taiwan, Hong Kong dan Jepang.
Selain masakan Indonesia, Sovi merasa jatuh cinta dengan masakan asal Negeri Gajah Putih. Kalau sedang di Thailand, ia sampai blusukan ke daerah-daerah pelosok yang jarang didatangi turis untuk menemukan local food di sana.
“Saya mencari hidden gems. Saya naik ojek sampai masuk ke kampung-kampung. Pernah naik ojek sampai satu jam perjalanan karena lokasinya memang di pelosok banget. Lumayan pegal juga badan tapi begitu ketemu restoran hidden gems tersebut dan mencicipi makanannya, rasa pegal itu hilang, berganti hati dan perut yang jadi senang,” katanya.
Untuk bisa menghasilkan konten yang bagus, Sovi merasa harus memiliki peralatan penunjang, seperti gimbal dan drone.
“Ini merupakan bentuk keseriusan saya dalam menggarap konten. Anggap saja bagian dari investasi,” ujar pemilik gerai durian bernama “Good Durian” ini.
Satu hal lagi yang menarik diketahui, Sovi juga pandai memasak bakcang (non halal).
“Ternyata setelah mencoba bakcang saya, om William (Wongso) suka sekali dan mensupport saya untuk menjual bakcang ini. Mulailah saya juga berjualan bakcang. Setiap tiga minggu sekali, saya open PO bakcang di instastory saya,” ungkap Sovi yang mematok harga Rp 70 ribu per bacang.
Pesanan bakcang yang masuk ke Sovi jumlahnya tidak main-main. Kalau Hari Bakcang, yang diperingati oleh etnis Tionghoa setiap tanggal 5 bulan 5 dalam penanggalan Khongcu Lek, pesanan yang Sovi terima bisa hingga 2500 buah. Semua pesanan ini dikerjakannya sendiri.