Suara.com - Kadin Indonesia mendukung Yayasan Bambu Lingkungan Lestari (YBLL) dalam gerakan pemberdayaan petani Bambu di Nusa Tenggara Timur.
Dukungan tersebut ditunjukkan dengan menyelenggarakan seminar yang dilanjutkan dengan penandatanganan nota kesepahaman bersama dalam melakukan pemberdayaan masyarakat di 286 desa yang tersebar di 8 provinsi di seluruh Indonesia: NTT, Jawa Timur, Jawa Barat, Bali, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Selatan.
Dengan mengangkat tema “Bambu Komoditas Penggerak Ekonomi Kerakyatan dan Sirkular”, seminar ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana bambu dapat dikembangkan menjadi produk yang inovatif seperti alat transportasi yang ramah lingkungan serta sumber energi terbarukan berbasis bahan bakar bambu.
Kepala Badan Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan Kadin Indonesia, Prof. Bambang Brodjonegoro, menjelaskan jika kerja sama ini bertujuan untuk turut mendukung upaya pemerintah Indonesia mencapai target penggunaan energi terbarukan sebesar 23%. Secara geografis, sumber energi terbarukan yang paling cocok dan efektif di Indonesia adalah biomassa. Bambu sendiri merupakan sumber biomassa yang paling melimpah di Indonesia karena dapat beregenerasi dengan cepat dan mudah.
Baca Juga: 4 Kebiasaan Ini Berbahaya Bagi Lingkungan, Hentikan Segera!
“Dengan menggunakan bahan dasar bambu dalam mengembangkan keberlanjutan dapat menciptakan local wisdom, yaitu skema keberlanjutan berbasis lokal. Bambu juga mengadaptasi skema sirkuler karena semua bagian dari bambu bermanfaat dan dapat digunakan, sehingga tidak ada limbah yang tersisa,” ucap Bambang.
Sementara itu, Ketua Yayasan Bambu Lestari, Monica Tanuhandaru menyampaikan bahwa selain dapat diolah untuk menjadi berbagai produk menarik, bambu juga memiliki potensi luar biasa sebagai sumber energi terbarukan, contohnya seperti black pellet.
“Black pellet memiliki kepadatan energi yang tinggi dan emisi karbon yang rendah, maka dari itu dapat menggantikan penggunaan batu bara di pembangkit listrik di seluruh dunia. Dalam upaya ini, Yayasan Bambu Lestari bekerja sama dengan mitra PT CPI Clean Power Indonesia untuk melakukan studi kelayakan pasokan bahan baku produksi black pellet di Flores,” ucap Monica.
Bambang berharap adanya program ini dapat menjadi model acuan pemberdayaan ekonomi kerakyatan yang berkelanjutan dan sirkuler. Hingga tahun 2022, total penerima manfaat telah mencapai 6.448 orang dimana berperan penting dalam menyemaikan 3,5 juta bibit bambu. Dari bibit tersebut juga telah ditanam lebih dari 1,9 juta bibit bambu pada lahan seluas kurang lebih 1.330,98 hektar.
“Dengan meningkatnya pengetahuan dan pemahaman tentang potensi bambu serta pemanfaatannya sebagai sumber daya alam yang berkelanjutan, diharapkan masyarakat dapat memperoleh manfaat yang berkelanjutan dari industri bambu,” tutup Bambang.
Baca Juga: 10 Barang Rumah Tangga untuk Menerapkan Gaya Hidup Ramah Lingkungan