Penerapan peternakan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan akan mudah diaplikasikan. Diharapkan, peningkatan skala peternakan ini juga akan mendorong kenaikan pendapatan sampai 50 persen.
Sementara itu, Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian Republik Indonesia,Putu Juli Ardika, mengatakan rendahnya produksi susu di dalam negeri membuat Indonesia masih sangat tergantung pada impor bahan baku susu.
Saat ini hanya 20% bahan baku susu yang tersedia di dalam negeri sehingga 80% sisanya masih harus diimpor. Oleh karena itu, perlu dilakukan pembenahan di hulu.
Masalah utama dalam pengembangan produksi susu segar dalam negeri (SSDN) adalah masih sedikitnya populasi sapi perah di Indonesia (592 ribu ekor), rendahnya produktivitas sapi perah rakyat (8-12 liter/ekor/hari) dan tingginya rasio biaya pakan dengan hasil produksi susu (0,5-0,6).
Selain itu, pengembangan produksi susu segar juga dihadapkan pada terbatasnya lahan untuk kandang dan pakan hijauan, minimnya kepemilikan sapi perah peternak rakyat (2-3 ekor per peternak), biaya pembesaran (rearing) anakan sapi perah yang cukup mahal, kurangnya pemahaman peternak rakyat akan Good Dairy Farming Practices (GDFP), serta masih minimnya minat anak muda untuk menjadi peternak.
“Sebagai kontribusi nyata industri pengolahan susu, program FFI Young Progressive Farmer Academyakan mendorong peningkatan produksi susu nasional melalui peningkatan skala bisnis peternak tradisional, produktivitas para peternak ini akan meningkat dan pada akhirnya ikut meningkatkan kesejahteraan mereka,” ucap Putu Juli Ardika.