Perjalanan Kreatif Film Maker, Berawal dari Video Bermerek hingga Film Dokumenter

Senin, 03 April 2023 | 15:34 WIB
Perjalanan Kreatif Film Maker, Berawal dari Video Bermerek hingga Film Dokumenter
Luthfi Ali Qodri - Rayhan Farqi saat berkarya di Surabaya. (Dok: Istimewa)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Seorang sutradara, sinematografer, editor, dan colorist Indonesia, Muhammad Radhi Rayhan Farqi, atau yang secara profesional lebih dikenal sebagai film maker dengan nama Rayhan Farqi merupakan orang muda yang produktif dalam menciptakan karya seni.

Saat ini, ia merupakan founder rumah produksi bernama Studio Sinema (PT Studio Sinema Indonesia), yang mengerjakan berbagai karya audiovisual sinematik. Ia pun mendirikan sebuah media unik bernama Small Space, yakni medium kolaboratif antara sineas dengan musisi yang memungkinkan para musisi untuk menyuguhkan karya musik mereka secara live dikemas dalam bentuk visual sesuai impian mereka.

Sejak 2018, Rayhan Farqi telah menghasilkan karya seni dalam berbagai bentuk, mulai dari video bermerek hingga film dokumenter, masing-masing menampilkan gaya unik disertai perhatiannya terhadap detail sehingga sangat dikagumi masyarakat.

Ia telah menciptakan berbagai bentuk karya audiovisual untuk musisi-musisi yang sudah tidak asing lagi, seperti Hindia, .Feast, Elephant Kind, Agatha Pricilla, Rayhan Noor, Oscar Lolang, Rasukma, Loner Lunar, tradeto, Pasukan Perang, Erratic Moody, Abraham Kevin, GANGGA, Aldrian Risjad, dan masih banyak lagi. Ia juga pernah bekerja untuk beberapa perusahaan fashion dan F&B ternama di Indonesia.

Baca Juga: 4 Hal yang Bisa Ditingkatkan Melalui Karya Seni, Yuk Kenali!

“Film adalah sebuah medium yang kuat dalam menyampaikan pesan. Saya sangat mencintai industri filmmaking. Senang sekali rasanya dapat bertemu dengan banyak orang baru, lalu menggodok ide-ide kreatif bersamaan. Saya selalu berusaha menciptakan karya-karya audiovisual yang dapat menyentuh hati, memberi impak positif, dan menginspirasi masyarakat Indonesia bahkan hingga kancah internasional,” ujar Rayhan Farqi.

Diawali pada 2018, Rayhan Farqi telah membuat tiga karya dalam format video bermerek dan dokumenter pendek, karya-karya ini bertajuk “Kilau Arti: Redefining Beauty”, “.Feast: The Rise of Legends”, serta “.Feast: Rebel Yell”.

Diikuti pada 2019, Rayhan Farqi berhasil menggarap enam karya lainnya dengan judul “Makara Coffee: Mount Halu” yang menjadi debut karya dalam format dokumenter utuh dia, “Kilau Arti: Say Yes to the Dress”, “Efek Rumah Kaca: Heaven and Earth”, “.Feast: Thrill of the Show”, “Elephant Kind: Unrequited Love”, serta debut karya dalam format live music performance, “Hindia: Evakuasi”.

Pada 2020, ia telah membuat banyak sekali karya dalam berbagai macam format video. Tahun ini, ia melebarkan sayapnya dan menghasilkan debut-debut karya dalam format series, film pendek, dan limited series.

Beberapa diantaranya yaitu “Reckoner: Sound of Experimentation”, “Small Space: Mojowojo”, “Musat: Some Might Endure”, “Boome: Water in Motion”, “Cinthia Kusuma Rani: Journey of Self-Discovery”, “Small Space x Sun Eater: GANGGA”, “Small Space x FK Unpad Fair 2020: Abraham Kevin”, dan masih banyak lagi.

Baca Juga: Karya Seni Kini Bisa Masuk Sistem Blockchain, Menguntungkan Buat Seniman?

Pada 2021 dan 2022, Rayhan Farqi juga konsisten dalam memperluas format karyanya dari official music video hingga film dokumenter, beberapa diantaranya berjudul “Mojowojo: Luka”, “Loner Lunar: Beginning of Ending”, “Small Space x Oscar Lolang: Bojongmenje Temple”, “Transcendent FKG Unpad 2021: The Documentary”, “Pophariini: White Chorus”, “Palugada Streetwear: HighSkool Never Ends”, “Rayhan Noor: An Afternoon With”, “D13HARD Festival: Aftermovie”, serta “Forensik Creative: Company Profile Video”.

Awal tahun 2023, Rayhan Farqi dengan timnya dari Studio Sinema bekerja sama dengan grup band papan atas .Feast untuk mengabadikan tur perdana mereka bernama Tur Multisemesta, yang telah diselenggarakan di delapan kota, yaitu Bandung, Bali, Palembang, Pontianak, Surabaya, Makassar, Semarang, dan Jakarta. Ia dan tim telah memproduksi video rekap dari pertunjukan di setiap kota, dan sedang dalam proses penyusunan film dokumenternya.

“Selalu ada rasa berbunga-bunga, bahagia, dan tak menyangka dapat bekerja sama dengan berbagai pihak dari segala industri sebagai seorang filmmaker. Perjalanan karir saya sungguh masih terasa surreal. Mendapat kesempatan untuk menjadi saksi sekaligus mengabadikan perjalanan tur perdana .Feast yang merupakan grup band idola saya sejak 10 tahun yang lalu, tentu menjadi sebuah kehormatan dan pengalaman yang sangat berharga,” kata Rayhan Farqi.

Ia juga berhasil mencetak prestasi membanggakan melalui karyanya di bawah naungan Studio Sinema. Karya berupa film dokumenter edukasional dengan judul “Transcendent FKG Unpad 2021: The Documentary” mengenai penyakit Cleft Lip and Palate, dibuat bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Padjadjaran.

Melalui kerja sama, ia berhasil meningkatkan awareness akan penyakit ini ke panggung nasional, yang akhirnya dinominasikan hingga sebagai karya finalis pada penghargaan CAP Jabar (Curated Amazing Product for Jawa Barat): Creative Media Award 2021 dalam kategori Storytelling, Journalistic, dan Campaign. Karya Rayhan Farqi mampu memberikan nilai edukasi dan menginspirasi banyak orang untuk lebih peduli dengan penyakit langka ini.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI