Suara.com - Seorang sutradara, sinematografer, editor, dan colorist Indonesia, Muhammad Radhi Rayhan Farqi, atau yang secara profesional lebih dikenal sebagai film maker dengan nama Rayhan Farqi merupakan orang muda yang produktif dalam menciptakan karya seni.
Saat ini, ia merupakan founder rumah produksi bernama Studio Sinema (PT Studio Sinema Indonesia), yang mengerjakan berbagai karya audiovisual sinematik. Ia pun mendirikan sebuah media unik bernama Small Space, yakni medium kolaboratif antara sineas dengan musisi yang memungkinkan para musisi untuk menyuguhkan karya musik mereka secara live dikemas dalam bentuk visual sesuai impian mereka.
Sejak 2018, Rayhan Farqi telah menghasilkan karya seni dalam berbagai bentuk, mulai dari video bermerek hingga film dokumenter, masing-masing menampilkan gaya unik disertai perhatiannya terhadap detail sehingga sangat dikagumi masyarakat.
Ia telah menciptakan berbagai bentuk karya audiovisual untuk musisi-musisi yang sudah tidak asing lagi, seperti Hindia, .Feast, Elephant Kind, Agatha Pricilla, Rayhan Noor, Oscar Lolang, Rasukma, Loner Lunar, tradeto, Pasukan Perang, Erratic Moody, Abraham Kevin, GANGGA, Aldrian Risjad, dan masih banyak lagi. Ia juga pernah bekerja untuk beberapa perusahaan fashion dan F&B ternama di Indonesia.
“Film adalah sebuah medium yang kuat dalam menyampaikan pesan. Saya sangat mencintai industri filmmaking. Senang sekali rasanya dapat bertemu dengan banyak orang baru, lalu menggodok ide-ide kreatif bersamaan. Saya selalu berusaha menciptakan karya-karya audiovisual yang dapat menyentuh hati, memberi impak positif, dan menginspirasi masyarakat Indonesia bahkan hingga kancah internasional,” ujar Rayhan Farqi.
Diawali pada 2018, Rayhan Farqi telah membuat tiga karya dalam format video bermerek dan dokumenter pendek, karya-karya ini bertajuk “Kilau Arti: Redefining Beauty”, “.Feast: The Rise of Legends”, serta “.Feast: Rebel Yell”.
Diikuti pada 2019, Rayhan Farqi berhasil menggarap enam karya lainnya dengan judul “Makara Coffee: Mount Halu” yang menjadi debut karya dalam format dokumenter utuh dia, “Kilau Arti: Say Yes to the Dress”, “Efek Rumah Kaca: Heaven and Earth”, “.Feast: Thrill of the Show”, “Elephant Kind: Unrequited Love”, serta debut karya dalam format live music performance, “Hindia: Evakuasi”.
Pada 2020, ia telah membuat banyak sekali karya dalam berbagai macam format video. Tahun ini, ia melebarkan sayapnya dan menghasilkan debut-debut karya dalam format series, film pendek, dan limited series.
Beberapa diantaranya yaitu “Reckoner: Sound of Experimentation”, “Small Space: Mojowojo”, “Musat: Some Might Endure”, “Boome: Water in Motion”, “Cinthia Kusuma Rani: Journey of Self-Discovery”, “Small Space x Sun Eater: GANGGA”, “Small Space x FK Unpad Fair 2020: Abraham Kevin”, dan masih banyak lagi.
Baca Juga: 4 Hal yang Bisa Ditingkatkan Melalui Karya Seni, Yuk Kenali!
Pada 2021 dan 2022, Rayhan Farqi juga konsisten dalam memperluas format karyanya dari official music video hingga film dokumenter, beberapa diantaranya berjudul “Mojowojo: Luka”, “Loner Lunar: Beginning of Ending”, “Small Space x Oscar Lolang: Bojongmenje Temple”, “Transcendent FKG Unpad 2021: The Documentary”, “Pophariini: White Chorus”, “Palugada Streetwear: HighSkool Never Ends”, “Rayhan Noor: An Afternoon With”, “D13HARD Festival: Aftermovie”, serta “Forensik Creative: Company Profile Video”.