Suara.com - Yayasan Anak Bangsa Bisa (YABB), organisasi nirlaba yang didirikan oleh Grup GoTo, telah meluncurkan Laporan Dampak 2022 yang menyajikan berbagai kemajuan, sebagai bukti dari upaya kolektif berbagai pihak dalam menyelesaikan permasalahan iklim, kemampuan digital, dan mengembangkan komunitas.
Laporan ini ditujukan sebagai apresiasi kepada para mitra terkait, sekaligus untuk menginspirasi lebih banyak pihak dalam menciptakan kemajuan yang bermakna bagi masyarakat dan lingkungan yang berkelanjutan.
Monica Oudang, Chairperson Yayasan Anak Bangsa Bisa, menyampaikan bahwa sebagai organisasi yang berkomitmen untuk mengakselerasi kemajuan menuju peradaban yang lestari, YABB mengidentifikasi sebuah pelajaran penting, yaitu solusi temporer dan upaya yang berjalan sendiri-sendiri tidak akan cukup untuk menghasilkan perubahan jangka panjang.
“Untuk itu, kami berusaha merancang inisiatif dan program yang siap untuk dikembangkan sehingga dapat menghasilkan dampak berskala besar dan berkelanjutan. Kami menjalankannya berlandaskan tiga prinsip utama, yakni kolaborasi, perubahan paradigma, serta teknologi dan inovasi,” kata Monica dalam keterangannya.
Baca Juga: Era Digital Media Melantai di Bursa, Eranyacloud Targetkan Laba Tumbuh hingga 300%
“Pada tahun lalu, kami berfokus dalam mengembangkan kolaborasi yang bermakna dalam menyelesaikan masalah secara sistemik,” ungkap Monica.
Kolaborasi tersebut direalisasikan melalui inisiatif Changemakers Nusantara, di mana YABB menghubungkan 1.500 changemakers di seluruh Indonesia, terutama pihak yang berkomitmen untuk membawa perubahan. Kesempatan ini juga dimanfaatkan oleh divisi riset YABB bersama Lembaga Demografi Universitas Indonesia (LDUI) untuk mempelajari mentalitas para changemakers tersebut, agar bisa menginspirasi generasi masa depan.
Di area lingkungan, YABB menciptakan solusi untuk mengentaskan permasalahan air dan sampah melalui Catalyst Changemaker Ecosystem (CCE) dengan dukungan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.
Di ekosistem ini YABB menciptakan lebih dari 100 koneksi dari 200 pemangku kepentingan multisektor, membaurkan 33 startup dan organisasi non-profit di dalam Lab, dan meningkatkan skala dari solusi berbasis teknologi dan komunitas yang diimplementasikan di proyek percontohan di Bandar Lampung, Semarang, dan Makassar.
Untuk membantu Indonesia memiliki talenta yang terampil sebagai fondasi kekuatan ekonomi digital, YABB berusaha menjembatani kesenjangan bagi 67% individu yang berasal dari universitas non-top tier dan 37% perempuan, untuk meningkatkan kompetensi di Generasi GIGIH, program yang menjadi bagian dari Kampus Merdeka, inisiasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Baca Juga: Melantai di BEI, Era Digital Media Tawarkan Harga IPO Hanya Rp100-110 per Saham
Setelah melalui pembelajaran di kelas dan pengalaman magang maupun mengerjakan proyek capstone, lebih dari setengah peserta berhasil mendapatkan pekerjaan selepas dari program ini.
Melalui kolaborasi dengan para mitra, YABB mengembangkan komunitas untuk mendapatkan akses ke kebutuhan digital dan peralatan kesehatan yang memadai. Lewat program BersamaCERDAS, YABB mendistribusikan perangkat elektronik kepada ke 5.700 generasi muda di area tertinggal untuk memperluas jangkauan literasi digital.
Selain itu, YABB juga membangun pabrik oksigen mini Pressure Swing Adsorption (PSA) dengan bantuan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) dan Oxygen for Indonesia untuk menjaga suplai oksigen permanen di 45 rumah sakit di Indonesia.
“Kami berharap laporan ini bisa menginspirasi dan membuka pintu kolaborasi dengan pemangku kepentingan yang lebih luas lagi. Kami mengajak seluruh pembuat dampak untuk #BergerakBerdampakBersama, dan terus berjuang untuk menciptakan masyarakat yang lebih tangguh dan masa depan yang berkelanjutan,” tutup Monica.