Laporan CRWD: Kejahatan Siber pada 2022 Meningkat 20% dalam Bentuk Pencurian Data

Rabu, 08 Maret 2023 | 15:53 WIB
Laporan CRWD: Kejahatan Siber pada 2022 Meningkat 20% dalam Bentuk Pencurian Data
Ilustrasi e-Crime. (Dok: CRWD)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - CrowdStrike atau CRWD mengumumkan Laporan Ancaman Global CrowdStrike 2023 (Global Threat Report). Menurut laporan tersebut, ada 33 ancaman baru yang teridentifikasi, dimana pada tahun lalu saja telah ditemukan lonjakan ancaman berbasis identitas, eksploitasi sistem jaringan, kelompok pengintai China-Nexus, dan serangan kerentanan terhadap perangkat yang telah dilindungi sebelumnya.

e-Crime atau kejahatan siber pada tahun 2022 tercatat meningkat 20% dalam bentuk pencurian dan pemerasan data. Proses pembobolan e-Crime saat ini sekitar 84 menit, turun dari 98 menit pada 2021. Hal ini menunjukkan kecepatan tinggi pelaku ancaman saat ini.

“Dalam 12 bulan terakhir, telah membawa faktor kombinasi yang unik dari sisi keamanan. Kelompok e-Crime yang terpecah-pecah muncul kembali dengan kecanggihan yang lebih tinggi, ancaman yang ditakuti dari konflik Rusia-Ukraina sudah tidak menjadi daya tarik lagi, karena semakin banyaknya ancaman yang justru datang dari jaringan pengintai China," kata Adam Meyers, Kepala Intelijen CrowdStrike.

“Pelaku kejahatan siber saat ini lebih pintar, canggih dan memiliki sumber daya yang lebih baik dalam sejarah keamanan siber," tambahnya.

Baca Juga: Peretas Berhasil Membobol 235 Juta Akun Pengguna Twitter

Sebanyak 71% serangan yang terdeteksi bebas dari perangkat lunak yang berbahaya atau malware naik dari 62% pada tahun 2021, dan aktivitas gangguan konfidensialitas (dari keyboard langsung) meningkat 50% pada 2022. Hal ini menjelaskan bagaimana semakin canggihnya ancaman kejahatan siber yang dilakukan untuk mengakali perlindungan virus dan pertahanan perangkat.

CrowdStrike Intelligence menambahkan, ada 33 ancaman yang baru sehingga jumlah total ancaman yang diketahui menjadi lebih dari 200. Lebih dari 20 tambahan baru adalah Spiders, penamaan dari CrowdStrike untuk ancaman e-Crime.

Bear (ancaman pengintai Rusia) sangat aktif sepanjang tahun pertama konflik Rusia-Ukraina, yang menargetkan laboratorium penelitian pemerintah, pemasok militer, perusahaan logistik, dan organisasi non-pemerintah (LSM). CrowdStrike juga memperkenalkan ancaman jaringan Siria, yaitu Deadeye Hawk, yang sebelumnya dilacak sebagai peretas Deadeye Jackal.

Laporan tahunan ini dibuat oleh tim intelijen CrowdStrike (CrowdStrike Intelligence team, dengan memanfaatkan data dari jutaan peristiwa harian dari platform CrowdStrike Falcon (the CrowdStrike Falcon platform) dan pengetahuan dari CrowdStrike Falcon OverWatch.

Sebagai platform konsolidasi keamanan, Falcon membuat organisasi secara proaktif menghentikan ancaman tercanggih melalui kombinasi unik antara teknologi endpoint dan perlindungan ancaman identitas, intelijen yang digerakkan oleh manusia.

Baca Juga: Waspada! Ini Jenis dan Upaya Antisipasi Penipuan Digital yang Harus Dipahami

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI