Suara.com - Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo) berkolaborasi dengan Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi mengadakan webinar berisikan pelatihan Literasi Digital sektor pendidikan, untuk meningkatkan literasi di jenjang anak-anak dan remaja timur Indonesia khususnya Maluku-Papua terhadap media digital yang dikenal dekat dengan keseharian masyarakat.
Pelatihan tersebut mengusung tema: Fenomena Fear Of Missing Out (FOMO) / Kritis Terhadap Berita Viral yang dilaksanakan pada Senin, 20 Februari 2023 secara daring melalui aplikasi zoom meeting. Webinar tersebut diikuti oleh kurang lebih 300 Peserta yang terdiri dari siswa dan guru dari SMAN 3 dan SMAN 22 Maluku Tengah.
Status literasi digital di Indonesia pada tahun 2022 mengalami kenaikan menjadi 3,54 yang termasuk dalam kategori "sedang", yang menunjukkan masih banyak ruang untuk peningkatan. Dalam merespon kondisi tersebut, Kemenkominfo melalui Direktorat Pemberdayaan Informatika, Ditjen Aptika menyelenggarakan Program Literasi Digital Nasional dengan materi yang didasarkan pada empat pilar utama literasi digital, yaitu kecakapan digital, etika digital, budaya digital, dan keamanan digital.
Kegiatan workshop diawali dengan sambutan dari Bapak Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo) Bapak Johnny G Plate yang secara daring menyampaikan bahwa selain dari membangun infrastruktur digital, pusat-pusat data, dan telekomunikasi di seluruh Indonesia. Kemenkominfo juga secara langsung mengadakan sekolah vokasi untuk menghasilkan tenaga kerja yang bertalenta digital.
Baca Juga: Papua Youth Creative Hub: Tempat Berkarya dan Mengejar Mimpi Anak Muda Papua
“Kemenkominfo menyiapkan program-program pelatihan digital pada tiga level, yaitu: Digital Leadership Academy yang merupakan program sekolah vokasi dan pelatihan yang diikuti oleh 200-300 orang per tahun bekerjasama dengan 8 universitas ternama di dunia. Digital Talent Scholarship sebagai program beasiswa bagi anak muda yang ingin meningkatkan kemampuan dan bakat digital. Dan yang terakhir Workshop Literasi Digital yang dapat diikuti secara gratis bagi seluruh masyarakat di Indonesia,” tutur Johnny.
Dirjen Aptika, Bapak Samuel Abrijani Pangerapan yang menyampaikan maksud tujuan diadakannya Workshop Literasi Digital diadakan dengan empat pilar adalah “sebagai kurikulum literasi media digital yang mampu menjadi bekal bagi masyarakat khususnya warga indonesia timur Papua dan Maluku,” ujar Samuel.
Hari pertama Workshop Literasi Digital, Deddy Triawan selaku pegiat literasi, memberikan materi pertama mengenai budaya digital. “[Masyarakat] penting untuk berhati-hati dalam membagikan sesuatu di media digital, karena dunia maya dan nyata tidak jauh berbeda. Perilaku dan kejahatan masyarakatnya pun kurang lebih sama, untuk itu dianjurkan membaca dan memeriksa kembali segala sesuatu yang didapat pada dunia digital agar tervalidasi keamanannya”, ujar Deddy.
Pada kesempatan yang sama, dilanjutkan dengan paparan mengenai Etika Digital dari Sofia Dewi selaku penggiat literasi. Fenomena FOMO sendiri, sudah menjadi dasar kepribadian masyarakat indonesia, khususnya anak muda. Rasa takut tertinggal akan trend sudah menjadi sesuatu yang dijalani dengan sadar tanpa paksaan. Tidak heran, banyak anak muda yang rela melakukan apapun demi mengikuti trend di kalangan mereka, khususnya yang mereka bagi di media sosialnya.
“Untuk mengatasi hal tersebut, pentingnya literasi disini, agar menggiring anak-anak muda mengganti FOMO menjadi JOMO (Joy of Missing Out) sehingga merasa tidak terlalu khawatir akan tertinggal oleh trend masa kini, dan lebih bertanggung jawab dalam menggunakan media sosial di keseharian mereka,” tutur sofia.
Baca Juga: Gila! Bank Indonesia Laporkan Kenaikan Cadangan Devisa Hingga 139,4 Miliar Dolar AS