Harika Foundation Bantu Pemulihan Gempa Turki

Ririn Indriani Suara.Com
Kamis, 16 Februari 2023 | 20:15 WIB
Harika Foundation Bantu Pemulihan Gempa Turki
Pendirian dapur umum untuk makan para penyintas dan relawan di Kahramanmaras, Senin (13/2/2023). (Foto: Dok. Harika Foundation)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Cuaca dingin dan hujan salju yang menyelimuti wilayah Turki saat ini menjadi ancaman baru bagi para penyintas gempa 7,4 magnitudo.

Dalam kondisi seperti itu, mereka harus tinggal di tenda sementara. Selain itu, para petugas penyelamat dan relawan pun harus berjuang melawan suhu dingin di tengah kegiatan penyelamatan korban yang masih terjebak di bawah puing-puing.

Chairman Harika Foundation Syuhelmaidi Syukur mengatakan bersama timnya telah tiba di Kahramanmaras, lokasi yang terdampak gempa paling parah sejak Kamis (9/1/23).

Hari sebelumnya Syuhelmaidi terlebih dahulu berkoordinasi dengan KBRI dan mitra NGO Turki lainnya di Ankara.

Baca Juga: Bayi Umur 14 Hari Selamat Dari Reruntuhan Gedung Akibat Gempa Turki

“Kami berangkat dari Istanbul Kamis sejak pukul lima pagi waktu Turki. Suhu udara di sini minus sepuluh derajat, bahkan saya sudah menggunakan lima lapis pakaian, namun dinginnya masih tembus juga. Tak terbayang para penyintas gempa dengan kondisi yang seadanya, tentu sangat mengkhawatirkan,” jelasnya dalam keterang tertulisnya.

Ia mengatakan lembaga kemanusiaannya hadir untuk menyalurkan bantuan perlengkapan yang dibutuhkan para penyintas dari donatur Harika Foundation di kawasan Pusat Koordinasi AFAD (Disaster and Emergency Management Authority Turkey).

Pada Minggu (12/2/2023), lembaga kemanusiaan tersebut telah mendistribusikan 120 pakaian hangat untuk mahasiswa-mahasiswi Indonesia dari beberapa daerah gempa yang diungsikan ke Wisma Indonesia, Ankara.

“Saat gempa terjadi, mereka itu gak ada waktu lagi untuk ambil barang-barangnya, jadi hanya bawa badan dari TKP, karena itu kami supply untuk baju-baju hangat supaya mereka lebih nyaman,” ujar Syuhelmaidi.

Selanjutnya pada Senin (13/2/2023), sambung dia, lembaga kemanusiaannya juga telah mendirikan dapur umum di Kahramanmaras untuk makan siang pengungsi dan relawan.

Baca Juga: Berkaca pada Gempa Turki, Pakar UGM Beberkan Mitigasi yang Harus Diperhatikan di Indonesia

Karena gempa ini termasuk salah-satu yang terbesar dalam sejarah Turki selama beberapa tahun, kata Syuhelmaidi, maka Pemerintah Turki juga berharap dukungan internasional selama pemulihan yang kurang lebih akan memakan waktu tiga bulan untuk 10 provinsi yang terdampak.

Sejauh ini menurutnya, perlengkapan yang mereka butuhkan masih perlu didistribusikan secara merata.

Namun, kendala pendistribusian tersebut yaitu ada beberapa jalur yang masih sulit dilalui akibat tertutup puing bangunan karena guncangan yang besar serta dinginnya cuaca yang semakin menusuk.

“Mereka masih membutuhkan beberapa perlengkapan seperti tenda, pemanas, pakaian, selimut dan yang tidak kalah penting seperti pendirian dapur umum dan makanan siap santap,” katanya.

Menurut data terbaru dari Pusat Koordinasi Darurat Turki SAKOM per Selasa, 14 Februari 2023 pukul 10.03 WIB, gempa berkekuatan 7,4 magnitudo ini telah menelan korban jiwa sedikitnya 31.643 orang.

Dilansir dari Chris Elders dari School of Earth and Planetary Sciences pada Universitas Curtin di Perth, Australia, gempa di Turki bisa berkekuatan besar karena adanya dua patahan di Lempeng Anatolia.

“Kebanyakan yang hancur itu bangunan tua, terutama apartemen. Karena itu, Pemerintah Turki sudah menetapkan aturan mendirikan bangunan dalam beberapa tahun belakangan. Hal ini juga mengingat letak geografis Turki yang memang berpotensi terdampak gempa dahsyat,” ujar Syuhelmaidi.

Lebih jauh ia juga mengungkapkan, bangunan yang hancur lebih banyak bangunan yang umurnya sudah cukup lama.

Bila ada bangunan baru yang berusia di bawah 10 tahun tapi ikut roboh akibat gempa ini, Pemerintah Turki akan mencari siapa kontraktor dan penanggung jawabnya.

Syuhelmaidi juga berharap proses pemulihan pasca gempa Turki ini bisa terus dipantau oleh masyarakat dunia, khususnya Indonesia. Karena, berkali-kali saat Indonesia terjadi bencana besar seperti tsunami Aceh hingga yang gempa di Palu dan tsunami Selat Sunda, atau gempa Cianjur, Turki selalu hadir terdepan membantu.

“Kami bertekad tetap ikut bergerak dalam pemulihan pasca gempa dan selalu ada bagi para penyintas. Kami berharap para dermawan dapat bersama-sama memberi semangat dan bantuan kepada para penyintas. Saat ini Turki membutuhkan kita semua,” tuturnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI