Suara.com - Sejak pertama kali beroperasi pada 2004, Transjakarta kini menjadi moda transportasi vital bagi masyarakat untuk menjangkau sejumlah wilayah di Jakarta. Selama hampir 19 tahun beroperasi, Transjakarta telah mengalami peningkatan luas biasa, meski masih ada beberapa pekerjaan rumah yang harus diatasi di beberapa sektor.
Juga tak bisa dipungkiri, Transjakarta kini telah diakui banyak pihak menjadi Bus Rapid Transit (BRT) terbesar di dunia, dengan panjang koridor 2.309 kilometer menghubungkan sekian banyak titik di Ibu Kota Indonesia.
![Sigit Santoso, pengamat transportasi. [Ferry Noviandi/Suara.com]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2023/01/25/97896-sigit-santoso.jpg)
Transportasi tidak hanya digunakan untuk saat ini, tetapi harus ada keberlanjutan di masa depan. Oleh karena itu penggunaan teknologi di sektor transportasi menjadi penunjang terwujudnya pembangunan yang berkelanjutan (sustainable).
Hal itu pernah disampaikan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi pada saat menjadi pembicara kunci dalam Webinar "Civil In Action" bertema "Penggunaan Teknologi Transportasi guna Menunjang Pembangunan Berkelanjutan pada Masa Pandemi yang Cepat, Optimal, dan Efektif" yang diselenggarakan Universitas Gajah Mada (UGM) pada 5 Juni 2021.
Menhub mengatakan, dalam mendukung pembangunan yang berkelanjutan, pembangunan infrastruktur transportasi memegang prinsip berkelanjutan (sustainable), yang salah satunya dilakukan melalui penggunaan teknologi.
![Penumpang menunggu kedatangan bus TransJakarta di Halte CSW, Jakarta Selatan, Kamis (11/8/2022). [Suara.com/Alfian Winanto]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2022/08/11/72911-transjakarta-halte-csw.jpg)
Pernyataan Menhub Budi Karya sejalan dengan pemikiran Sigit Santoso selaku pengamat transportasi Jakarta. Menurutnya, salah satu yang masih kurang dikembangkan oleh pengurus Transjakarta adalah soal teknologi.
Menurut Sigit, Transjakarta seharusnya sudah memiliki aplikasi sendiri, yang fungsinya untuk membantu memberikan kemudahan informasi semua hal tentang Transjakarta, kepada calon penumpang.
"Transjakarta ini tidak punya aplikasi tentang Transjakarta itu sendiri. (Aplikasi) Trafi misalnya, itu kan milik swasta, bukan milik Transjakarta. Bahkan untuk cari rute saja, kita sering cari di Google. Transjakarta enggak punya produk itu," kata Sigit Santoso, ditemui di Jakarta, baru-baru ini.
Selain memiliki aplikasi sendiri, Transjakarta juga, menurut Sigit, harus lebih aktif dalam bermedia sosial. Misalnya memanfaatkan Instagram untuk menyebar informasi terkait Transjakarta.
Baca Juga: Kena Dampak Pembangunan MRT, Transjakarta Bangun Halte Sementara di Gajah Mada
"Transjakarta harus punya PR (public relationship) yang kenceng. Misalnya masayrakat seneng Instagram, kita bikin Instagram. Berita di IG harus kita kencengin. Sosialisasi-sosialisasi, kalau mau naik Transjakarta seperti apa, terus kemudian shortcut-shortcut (pintasan), improvement (peningkatan) dan inovasi yang dilakukan apa saja," ujar Sigit.