Suara.com - Perkembangan teknologi semakin memudahkan masyarakat untuk beraktivitas, termasuk dalam kegiatan belajar. Teknologi banyak melahirkan inovasi, sehingga saat ini hadir pula teknologi metaverse.
Metaverse adalah dunia virtual yang diciptakan oleh konvergensi teknologi digital dan dunia fisik. Metaverse memiliki lingkungan online di mana dapat berinteraksi satu sama lain dengan objek digital dengan cara yang realistis.
Hal inilah yang menjadi rencana ke depan calon emiten bimbingan belajar (bimbel), PT Lavender Bina Cendikia Tbk (BMBL).
“Dunia teknologi semakin berkembang dan menarik, yang mana sektor pendidikan harus mampu memanfaatkan perkembangan teknologi untuk belajar-mengajar sehingga bisa mencetak SDM-SDM berkualitas. Itulah mengapa, kami memiliki rencana untuk mengembangkan pembelajaran digital, termasuk salah satunya adalah program metaverse berupa virtual reality,” ujar Direktur Utama Bimbel Lavender, Galih Pandekar.
Baca Juga: Rupiah Digital Bisa Digunakan di Metaverse, Makin Mirip Kripto?
Bimbel Lavender dirintis sejak 2010. Berbeda dari bimbel konvensional, Bimbel Lavender menyediakan sistem pembelajaran dengan model karantina atau supercamp, yaitu menginap di hotel selama kurang lebih empat sampai lima pekan sebagai program persiapan masuk PTN.
Semua fasilitas seperti makan-minum hingga laundry, dan kebutuhan belajar siswa disiapkan oleh Bimbel Lavender, termasuk untuk pendaftaran ujian hingga pengantaran siswa ke tempat ujian.
Bimbel Lavender saat ini telah mengembangkan kanal digital di Youtube dan aplikasi latihan soal bernama Bookgenville.
Bimbel Lavender akan Initial Public Offering (IPO) pekan depan, yang akan menjadikannya sebagai perusahaan swasta di sektor pendidikan pertama yang melantai di bursa saham. Bimbel Lavender rencananya akan menggunakan dana hasil IPO untuk belanja modal dan pengembangan kanal pembelajaran digital.
Setelah IPO, emiten berkode BMBL ini akan mengembangkan teknologi digital untuk pembelajaran. Bimbel Lavender akan terus mencari cara dan peluang dalam pemanfaatan teknologi di dunia pendidikan.
Baca Juga: Ini Dia Perguruan Tinggi Indonesia Pertama yang hadir di Metaverse
“Sektor pendidikan saat ini masih belum maksimal dalam menerapkan teknologi, padahal sektor pendidikan adalah kebutuhan utama dan menjadi tonggak utama dalam pengembangan SDM serta paling besar alokasi anggarannya di APBN. Industri pendidikan pun tahan resesi terbukti selama pandemi kemarin, sektor pendidikan tetap berjalan meski betapa terpuruknya kondisi ekonomi kita saat itu,” lanjut Galih.
Bimbel Lavender telah menetapkan harga perdana Rp188 per saham, dengan nilai nominal Rp40 per saham dalam penawaran umum perdana atau IPO. Dengan penetapan harga IPO tersebut, Bimbel Lavender mengincar dana Rp52,64 miliar yang akan digunakan salah satunya untuk pengembangan teknologi digital untuk pembelajaran.