25 Desainer Hadirkan Karya dalam IFC 2022 untuk Rayakan Keberagaman Budaya Indonesia

Senin, 19 Desember 2022 | 13:55 WIB
25 Desainer Hadirkan Karya dalam IFC 2022 untuk Rayakan Keberagaman Budaya Indonesia
Indonesia Fashion Chamber (IFC), pada 1-4 Desember 2022, di Great Hall Pos Bloc Jakarta. (Dok: Spotlight)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Spotlight Indonesia, pagelaran busana untuk merayakan keragaman wastra dan budaya Indonesia bertema Celebrating Diversity (merayakan Kebhinekaan),  baru saja diselenggarakan Indonesia Fashion Chamber (IFC), pada 1-4 Desember 2022, di Great Hall Pos Bloc Jakarta.

“Spotlight menampilkan kekuatan inspirasi lokal dalam produk ready-to-wear yang menjadi ciri khas fesyen Indonesia. Wastra Nusantara atau konten budaya lokal yang dikemas dalam wujud kontemporer dan kekinian menjadi highlight perhelatan ini, yang diharapkan dapat diterima oleh pasar global, bahkan dapat menarik perhatian dunia,” papar Ali Charisma, National Chairman Indonesian Fashion Chamber.

Spotlight Indonesia 2022 menghadirkan kegiatan meliputi fashion show, exhibition, ethnic textiles, workshop, dan seminar. Dalam 17 sesi fashion show, lebih dari 130 desainer, jenama, dan institusi pendidikan menunjukkan koleksi yang mencakup kategori formal wear, casual/street wear, men’s wear, hingga modest wear dengan mengangkat wastra atau inspirasi budaya Indonesia. Sedangkan exhibition menghadirkan produk fesyen dari 180 jenama, termasuk instalasi wastra Indonesia.

LaSalle College Jakarta, sekolah mode internasional yang berpusat di Kanada, turut menyambut dan merayakan hal tersebut dalam perhelatan Spotlight Indonesia 2022 melalui pagelaran bertajuk “Sphere”.

Baca Juga: Gaya Erina Gudono Pamer Kedekatan dengan Calon Kakak Ipar Kahiyang Ayu

Pagelaran busana ini menghadirkan karya dari 25 desainer, yang terdiri dari mahasiswa serta alumni LaSalle College Jakarta. Pagelaran menampilkan serangkaian koleksi menggunakan kain-kain wastra dari berbagai daerah di Indonesia, misalnya Batik Madura, Tenun Gedog dari Tuban, Tenun Garut, Ulos Batak, Tenun Maumere, Ulap Doyok dari Kalimantan Timur, dan Pahikung Melolo dari Sumba.

Lewat koleksinya, masing-masing desainer mencoba menerjemahkan ulang hubungan mereka dengan budaya dan identitas ke-Indonesiaannya. Hal ini dilakukan dengan mengkontekstualkan penggunaan kain wastra tradisional tersebut dalam bentuk-bentuk pakaian yang tidak hanya kontemporer, tetapi juga relevan dengan situasi saat ini.

Selain eksplorasi identitas budaya, ada pula desainer-desainer yang akan melakukan pendalaman teknis untuk menciptakan koleksi yang berkesinambungan dengan lingkungan dan relevan dengan concern publik hari ini tentang fesyen yang berkelanjutan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI